(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Berhubung emak-emak dengan sejuta aktivitas (bohong banget, padahal sukanya BBM-an :D) maka saya pun baru bisa membaca tepat pada jam 7 malam, setelah salat Isya dan si kecil pun asyik menonton televisi (baru satu bulan saya mempunyai televisi, itu pun di komputer, agar tidak rebutan dengan si kecil saat saya online di lepi). Ini buku paling tebal yang saya punyai (selain Alquran pastinya), jadi agak sedikit malas membacanya (jujur banget sih). :p
Pertama kali membaca sebuah buku, saya tak pernah langsung melihat halaman pertama (halaman 1 maksudnya), tapi langsung menuju ke prolog dan biodata penulis. Kenapa? Entahlah, ini seperti kebiasaan saya, nama penulis pun sangat mempengaruhi minat baca, kalau nama penulisnya tidak kenal, ya ogah-ogahan bacanya (kebanyakan baca buku teman sih). Tapi, berhubung saya sudah tahu penulis buku ini (walaupun dia tidak mengenal saya) maka cukuplah untuk semakin penasaran membaca biodatanya. Hanya 1 kata yang sanggup saya ucapkan, “WOW!”.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Membaca halaman demi halaman membuat saya tersenyum, geli sekaligus miris. Geli karena hidung mbangirnya (katanya sih) Mas Rama dicium dengan keras oleh pagar sekolah dan miris karena saya tak punya semangat seperti itu. Bayangkan, apa yang akan kamu lakukan jika kamu terlahir dengan mata yang hanya bisa melihat kegelapan? Well, saya tak berani membayangkan, walau mungkin saya pun akan mengalaminya.
Kehidupan di sekolahnya, sahabat-sahabat yang selalu ada dan mendukungnya. Ya, tak lepas juga dari orang-orang yang sirik dengan semangat dan keberadaanya di sekolah itu. Teman-teman seperti itu yang sangat saya rindukan dan inginkan hadir dalam hidup saya (saya tak pernah mendapatkan teman yang bisa mengerti kekurangan saya).
Semangat demi semangat dia (Mas Rama) tularkan pada saya (mungkin pada kalian juga jika membaca buku ini). Semangat yang tak pantang menyerah dan terus mencoba hal-hal baru. Apa pun cobaan dan rintangan yang menghadang bisa dilalui asalkan kita semangat dan pantang menyerah. Bahkan seorang tunanetra pun bisa merasakan yang namanya mencintai dan dicintai oleh seorang Rara. Well, lebih tepatnya dicintai oleh dua orang wanita.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Hasilnya, saya pun harus termehek-mehek. Apalagi ketika kerudung dan baju saya basah karena air mata dan ingus (gak bawa tisu, gak nyangka kalo endingnya gini). Bahkan para guru pun hanya bisa tersenyum sambil memandangku, beberapa wali murid yang juga menunggu anak mereka juga meninggalkanku, sepertinya mereka tak mau mengganggu.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Psssttt, ada diskon, jadinya dijual hanya 45 ribu saja. Pengen mesen? Kontak Mas Ramaditya di 081316584313. Ditunggu orderannya!