Berada di bangku depan adalah salah satu hal yang menjadi kebiasaan saya. Di pelatihan apa pun yang saya ikuti, pasti ada di bangku depan, dengan siapa pun saya duduk, atau jika harus sendirian, tidak masalah sama sekali.
Kenapa tidak memilih di bangku kedua atau bangku belakang?
No! Itu adalah bangku yang tidak boleh saya duduki.
Ternyata, ini sudah terjadi sejak saya duduk di bangku sekolah. Duduk di depan itu bisa membuat saya lebih fokus mendengarkan materi yang diberikan oleh guru atau coach. Jika saya ngobrol dengan teman sebangku, maka otomatis akan ditegur oleh guru. Teguran inilah yang selalu saya jadikan semangat dalam belajar.
Baca Juga: Daftarkan merek produkmu
Berbeda jika berada di belakang, maka coach tak akan tahu apa yang saya lakukan dan bicarakan dengan teman sebangku. Bisa saja ngobrol, main hape, ataupun malah tertidur. Kalau di depan, mengantuk saja sudah dapat teguran, kan? Apalagi kalau mengobrol.
Saya akan berangkat lebih pagi dan mendahului orang lain agar berada di bangku paling depan. Di hari pertama kelas GLC kemarin, saya bahkan keep kursi kepada Abu Sena Wijanarko yang datang duluan. Hari-hari selanjutnya, tentu saja saya sudah berada di depan walaupun tidak keep. Selama 5 hari, saya duduk di samping akhwat 2x, sendirian 2x, dan di samping ikhwan 1x.
Di kelas GBC, untuk duduk di depan, saya rela nyempil di antara Coach Erick Makmur dan Mas Wildan karena tidak ada bangku kosong. Bisa dibilang, semua yang di depan adalah ikhwan, dan saya akhwat sendiri. Saya kan aslinya tomboy, biasa aja kalau nyempil dan temenan sama cowok.
Ternyata, berada di bangku depan itu juga berlaku untuk bisnis. Nomor satu itu wajib jika ingin terus maju dan berkembang. Saya masih ragu, berbeda seperti ketika harus duduk di bangku depan yang sat set. Ragu apa bisa mampu berada di barisan itu, ragu apa bisa berlari melebihi para ikhwan yang langkahnya lebih lebar, ragu apa saya bisa berjalan sendirian?
Kalau kata Alka Azzwars, “Yang kamu butuhkan adalah lingkungan sesama kapten kapal. Supaya obrolannya tentang arah, tujuan, strategi mencapai tujuan, dan strategi melewati badai.”
Kalau saya berkata akan berlari, Abi Darwis Darmadji Harsono selalu bilang, “Kesuweeeen. Kamu masih berlari, yang lain sudah melompat.”
Kalau kata Ayah Imam Muhajirin Elfahmi, “Terus maju, terus tumbuh, jangan ragu!”
Kemarin di acara Nusantara Gilang Gemilang, saya mengajak tim Ae Publishing untuk ikut. Tujuannya agar para tim bisa mengambil ilmu dari para master dan praktik di kantor. Tentu dengan langkah yang pasti, kami harus berada di depan.
Semangat pagi. Jangan lupa untuk terus maju dan bertumbuh, apa pun masalah yang ada di depanmu.
====
Anisa AE
Owner AE Publishing