(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Selfie di depan Coban Baung |
Anisa AE – Kemarin, Minggu 15 Maret 2015, saya bersama keluarga mengunjungi Coban Baung yang terletak di lereng Gunung Kawi. Tepatnya di Desa Gendogo, Balesari, Gunung Kawi. Saya dan keluarga ke sana naik motor. Akan terasa aneh jika air terjun yang ada di dekat rumah saja tidak didatangi. Well, jujur saja. Itu adalah pertama kalinya saya melihat air terjun secara langsung.
Pintu Masuk Coban Baung |
Tempat itu baru dibuka beberapa hari yang lalu oleh Bupati Malang dan perhutani. Tanah perhutani yang luasnya 74 hektar tersebut tidak hanya ada berisi Coban Baung, namun ada pula pura dan tempat untuk perkemahan (rencanya akan dibangun untuk tempat kemah). Tak disangka, tempat yang menurut saya sangat eksotik itu dikerjakan oleh penduduk setempat dalam waktu 6 bulan dengan alat-alat manual. Jika berkunjung ke Pesarean Gunung Kawi, jangan lupa mampir ke Coban Baung, karena jaraknya hanya beberapa kilo meter.
Lokasi yang hanya 1 km dari jalan raya tersebut bisa dilewati oleh sepeda motor sampai dengan sungai tempat air terjun. Namun, jika ada yang berniat ke tempat ini pada musim penghujan, maka harus siap capek karena melewati jalan yang panjangnya 600 meter. Jika ke lokasi, jalannya menurun, sedangkan bila naik, jalannya menanjak.
Jalanan yang licin |
Berhubung saya datang pas musim masih hujan, terpaksa jalan kaki untuk melemaskan otot. Jalan kakinya plus-plus, karena datangnya dengan si kecil. Jadi, plus gendong dsn plus bawa ransel. Pastinya gantian ma suami. Buat yang mau datang saat becek, jangan lupa sandal karet dengan anti slip. Soalnya jalan licin. Siapkan pula air mineral dan camilan jika lapar, karena saat ini masih ada satu penjual. Jangan sampai karena terlalu bersemangat, sampai melupakan air putih. Kenapa? Karena perjalanan yang lumayan jauh akan membuat kehausan.
Saat ini masih sedikit yang tahu tempat tersebut, jadi masih sepi walaupun weekend. Entah beberapa minggu lagi, pasti sangat ramai. Buruan ke sini mumpung sepi, soalnya kamar kecilnya cuma dua. Bakal antri kalau mau ke kamar kecil, soalnya di sana dingin. Apalagi buat yang wanita dan anak-anak. Xixixi
Sesampainya di sana, kami berniat ke pura dahulu. Tapi karena jalan yang lumayan licin, suami menyarankan untuk balik arah.”Ke coban saja, apalagi jarak ke dua tempat sama,” begitu katanya. Ya sudahlah, akhirnya kami balik arah, turun menuju Coban Baung yang mulai ramai dibicarakan di grup FB.
Berkali-kali saya terpeleset, karena salah kostum. Memakai sandal japit biasa. Hiks. Untungnya Asma digendong oleh suami yang sudah terbiasa berjalan di tempat seperti itu. Jadi, saya tak perlu khawatir dengan keselamatan mereka.
Capek dan lelah terobati ketika sampai di air terjun. Dingggiiinnn, tapi menyenangkan. Ya, ini kan pertama kalinya saya ke air terjun, jelas saja sangat takjub. Asma berkali-kali minta foto di depan air terjun dengan berbagai gaya, sangat lucu. Senang rasanya mengajak dia ke tempat seperti ini. Saya pun memotretnya menggunakan handphone CDMA yang memakai sim card Smartfren.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Ketika mendekati air terjun, kami kedinginan, tapi itulah sensasinya. Terasa dihujani oleh rintik hujan, padahal air terjun. Ah, ndeso kelihatannya ketika merentangkan tangan di bawah air terjun untuk merasakan butiran lembut airnya. Apalagi Asma juga berteriak-teriak kegirangan, kami berdua seperti orang gurun yang baru menemukan sumber air. Hehehe.
Sayang sekali tempat seperti ini harus dikotori oleh gelas-gelas plastik bekas minuman dan kemasan makanan ringan. Mungkin para wisatawan yang ke sana perlu diberi kantong plastik untuk menampung semua sampah. Juga, harus ada larangan membawa senjata tajam, karena terlihat banyak pohon yang dikelupas kulitnya.
Saat di perjalanan naik, saya baru menyadari kalau jalan yang kami lewati itu licin karena air merembes dari batu-batu di atasnya mengenai jalan. Oh, pantas saja. Bahkan terlihat banyak tetesan air yang turun dari dinding, Terasa seperti di gua saja, tapi terang dan semua serba hijau. Apalagi air-air tersebut sangat bening dan tak berasa. Tapi ingat, usahakan jangan minum air mentah jika tidak sangat kepepet.
Kami langsung pulang ketika langit mulai menangis. Kenapa pulang? Karena daerah tersebut rawan longsor. Akan sangat bahaya jika masih ada pengunjung yang berada di tempat tersebut. Sayangnya Asma tak mau diajak ke sana lagi. Katanya sih, jalannya capek. Ya sudahlah, mungkin itu akan menjadi air terjun pertama dan semoga bukan terakhir yang saya kunjungi, karena tak mungkin pergi sendirian tanpa Asma
Jangan lupa follow blogku dan tinggalkan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae biar dapat update info tiap hari ^^v
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
16 Comments. Leave new
keren mbak ae!
di tempat perantauan saya saat ini sebenarnya cukup banyak objek wisata tapi sayang masih belum dioptimalkan
untuk air terjun misalnya, butuh 504 km perjalanan untuk menemukan yang masuk dalam kategori lumayan 😀
http://prajuritkecil99.blogspot.com/2015/02/air-terjun-taludaa.html
wew. Jauh juga. Tak meluncur ke sana.
aq tahuny cuban rondo ja nih mak hihi…tpi pernh tau d daerh poncokusumo ada air terjun tpi lua naman hmmmm..
lua naman itu apa Mak?
tapi jaaln menuju sana belum optimal ya. kalau dioptimalkan mungkin banyak keuntungan yang didapat
Masih musim hujan. Kalau sudah musim panas, tidak becek lagi. 🙂
Mungkin karena masih baru jadi jalannya nggak diaspal, coba kalau dikelola lebih serius pasti bisa menarik lebih banyak pengunjung.
Btw font tulisanmu kekecilan Nis menurutku? Apa pengaruh mataku yg minus yo 😀
Iyo paling. Tak gantine.
Akses jalan masih kurang bagus ya mbak. Btw, masak sih baru pertama kali ini lihat air terjun secara langsung?
oiya, moga sukses lombanya 😀
Emang baru diresmikan, Mbak. Kalau pakai alat canggih, mungkin bisa cepat selesai. Wong saya ke sana liatnya semua masih pake cangkul. Hehehe, jelas aja lama.
Iya Mbak, ini yang pertama. Xixixi. Padahal di Malang banyak air terjun.
Makasih doanya. 🙂
wah deket gunung kawi ya… banyak yang bertapa ndak di situ?
Xixixi, gak tau. Gak mau tahu soal tapa-tapaan. 😀
Masha Allah, keren sekali hampir sama dengan postingan saya :D. http://www.novawijaya.com/2015/04/selfie-story-in-beautiful-island.html
Meluncur ke sana buat nginyip. 🙂
air terjun termasuk objek wisata yg paling aku suka ^o^… nth kenapa, rasanya merinding dan jd makin yakin ama kebesran Tuhan kalo melihat air terjun yg gagah perkasa gitu mba… Ga peduli seberat apapun medan kesna, biasanya ttp aku jabanin ;).. Belum bnyk sih air terjun yg prnh aku datangin, sekitar 7 mungkin… coban yg ini blm prnh dtg mba :). InsyaAllah kalo bisa kliling Jawa kyk 2013 kmrn, saya mampir k daerah ini utk ngeliat cobannya 🙂
Wiiih, enaknya bisa keliling Jawa. ^^ Ditunggu mbak