Sudah tahu apa itu Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional dalam mata kuliah Profesi Keguruan? Nah, berikut saya beri beberapa contohnya.
Kompetensi Padegosis :
Selama ini saya selalu melakukan pendekatan secara emosional pada peserta didik sehingga mereka tidak hanya menganggap saya sebagai guru, tapi juga sahabat. Kurikulum pun saya kembangkan dan mengajak para peserta didik tidak hanya sebagai murid saja, saya mengajak mereka berkompetisi agar bisa berkembang di lingkungan masyarakat. Melalui teknologi, saya ajak mereka untuk masuk ke dalam dunia tulis-menulis yang selama ini saya jalani. Mengatakan bahwa dengan belajar bahasa Indonesia, kita bisa survive di zaman yang semakin canggih ini.
Baca Juga : Keterkaitan Antara Sastra, Teks, dan Konteks
Kompetensi Kepribadian :
Menjadi seorang guru di sekolah yang menjunjung tinggi agama Islam, tentu mewajibkan saya untuk menjadi pribadi yang baik dan menarik. Dalam berseragam, tidak memakai celana, baju pun harus lebih panjang sampai menutupi pantat. Untuk kerudung harus dijulurkan sampai dada. Ini adalah kompetensi kepribadian dalam profesi keguruan.
Tiap akan melaksanakan pembelajaran, saya sering mengajak anak didik untuk senam selama lima menit atau bercerita pada mereka. Sesi itulah yang selalu mereka tunggu tiap pelajaran bahasa Indonesia yang saya ajarkan.
Baca Juga : Konsep Civil Socioty dan Masyarakat Madani
Kompetensi Sosial
Dalam kompetensi profesi keguruan ini, saya sudah sangat baik. Bergaul dengan para guru dan warga sekitar juga sudah baik, solidaritas dan tepo sliro menjadi tombak utama sekolah tempat saya mengajar. Tak jarang saya mengunjungi rumah murid untuk bercengkerama dengan orang tua mereka dan itulah waktu di mana saya bisa lebih memahami bagaimana keluarga dan anak didik.
Kompetensi Profesional
Selanjutnya kompetensi dalam Profesi Keguruan ini adalah profesional. Karena saya sangat menyukai bahasa Indonesia, seluruh standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia telah saya kuasai. Saya pun mengajak anak didik untuk lebih suka membaca. Membaca pun tidak harus dilakukan dengan buku cetak, tapi juga bisa dengan ebook di ponsel. Saya pun memperkenalkan aplikasi membaca dan menulis yang bisa untuk meningkatkan kompetensi anak didik di bidang tulis menulis.
Kompetensi di atas bisa berbeda-beda tergantung dengan kebijakan sekolah atau norma masyarakat di daerah tertentu. Jadi, pastikan jangan copas ya.
1 Comment. Leave new
Setuju banget tuh Mbak, sebagai seorang guru harus punya kompetensi-kompetensi di atas agar bisa menghasilkan anak murid yang bagus.
Btw, saya juga suka dengan ide mengajak siswa masuk ke dalam dunia tulis menulis, karena itu juga bisa mengembangkan kreatifitas mereka yang berguna buat masa depannya.