Berbagi dan menginspirasi
satu orang yang mengampanyekan anti rokok. Secara perlahan, suami yang
sudah merokok sejak SMP pun mulai menghilangkan kebiasaannya itu. Sehat
buat dia dan menghemat pengeluaran.
Suami menjengkelkan yang
sering merokok di ruang tamu, kamar mandi, dan kamar tidur pun tak ada.
Jelas membuat saya makin cinta dia. Tak percuma rasanya bawel tiap hari
dan mengancam tak akan merawatnya kalau sakit. Apalagi setelah dia
membaca cerpenku.
Namun, suatu keanehan terjadi ketika aku mulai
menyulap ruang tamu menjadi kantor dan taman baca AE. Memang ruangan
yang sangat sederhana. Hanya diisi oleh meja kursi kuno, satu set
komputer beserta printnya, satu meja tulis, serta satu rak buku. Satu
kebanggaan besar karena AE sudah punya kantor sendiri, walaupun hanya
seadanya.
Dulu aku sangat takut jika memasang banner AE, apalagi
mengatakan pada warga sekitar kalau aku punya penerbitan. Sudah
bertahun-tahun rumahku menjadi rebutan oleh keponakan Ibu Saadah, istri
pertama Abah.
Awalnya keponakan itu minta pesantren di belakang
rumah, dulu dibangun oleh Ibu Saadah dan Abah. Namun, dia tak berkutik
ketika tahu bahwa pesantren dan musalla telah mempunyai akta sendiri.
Dulu oleh mereka diberikan untuk waqaf.
Setelah Ibu Saadah tak
punya anak satu pun, beliau mengasuh keponakan-keponakannya untuk
‘memancing’ kehamilan. Namun, sepertinya Allah tak memberikan amanat
pada beliau untuk mengandung sampai wafat. Lalu Abah menikah dengan
Ibuku, lahirlah aku dengan kedua saudara yang lain.
Keanehan
pertama adalah hadirnya celana dalam yang berlumuran darah di teras
rumah. Entah itu darah haid, manusia, atau binatang yang jelas bukan
suatu ketidaksengajaan. Apalagi jika sudah melihat vidio kantor AE,
kalian pasti tahu kalau ada banyak tanaman (go green) di depan rumah dan
ada saluran air yang memisahkan jalan raya dengan teras.
Keanehan
kedua adalah tanah merah yang ada di pojok teras. Batu bata yang halus
jelas bukan, karena aku berasal dari kampung pembuat genteng dan bata
merah. Dapat dipastikan itu bukan tanah batu bata. Ya, semoga bukan
tanah pekuburan yang sengaja diletakkan di sana.
Ketiga dan
paling sering, bahkan sampai saat ini ada adalah puntung rokok. 2-3 buah
puntung rokok bermerk selalu ada di pojok kanan rumah. Ketiga keanehan
itu selalu berada di pojok sebelah kanan rumah.
Awalnya aku biasa
saja menanggapi puntung rokok tersebut dan sengaja tidak menyapunya.
Sampai harus ternganga ketika menyadari bahwa puntung itu ada setiap
pagi ketika aku menyapu teras depan. Setiap hari. Puntungnya pun kadang
menyisakan batang rokok yang masih panjang dan terlihat hanya disulut
sebentar.
Halow? Siapakah yang sengaja merokok di depan teras
rumah? Jelas bukan manusia karena setiap malam ada warga yang ronda dan
rumahku tak jauh dari pos kampling. Kalaupun ada yang merokok di teras
rumah, pasti bakal langsung ketahuan warga.
Aku pun langsung
menuduh Bidin, adikku yang perokok, namun dia sangat jarang merokok di
rumah. Dia membantahnya mentah-mentah. Buat apa juga dia merokok di
teras? Apalagi sampai menyisakan banyak puntung rokok yang panjang.
Tuduhanku benar-benar tak beralasan.
Pernah aku sengaja begadang
sampai pagi, berharap bisa menjawab dari mana puntung itu berasal.
Namun, nihil. Tetap kutemukan puntung rokok, sementara tak ada seorang
pun yang kulihat berada di teras ataupun melempar puntung itu ke sana.
Bahkan Bidin pun ikut begadang untuk membuktikan ucapanku. Ah … harus
menanyakan ke siapa asal dari puntung itu?
Aku percayakan hidup
dan rezeki keluargaku pada-Nya, sang pembuat kehidupan. Semoga tak ada
apa pun yang menimpa kami sekeluarga.
Jangan lupa follow blogku dan tinggalkan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae biar dapat update info tiap hari ^^v
4 Comments. Leave new
wah, kok aneh ya mbak.. semoga misterinya cepet terpecahkan mbak 🙂
ok, aku follow blognya yaaa (biar difolbek, hihi)
Makasih. ^^ Folbeck meluncur ….
Bismillah aja yaa
iYA 🙂