Andeman Boon Pring |
Anisa AE – Hari rabu kemarin, tepatnya 26 Juli 2017, saya bersama keluarga mengunjungi Andeman. Salah satu lokasi wisata kebun bambu yang terletak di Kabupaten Malang. Tempat yang membuat saya penasaran adalah kebun bambu yang biasa disebut dengan Boon Pring. Banyak yang sudah ke sana dan menceritakan tentang Andeman ini kepada saya, khususnya teman-teman di Turen.
Drama KeberangkatanÂ
Awalnya saya dan keluarga memang ingin melepaskan penat, namun karena Bidin belum libur kerja, maka kami pun menunggu dia libur. Kebetulan libur pada hari Rabu kemarin, jadi sekalian kami jalan-jalan. Sayangnya hari itu Ibu tidak ikut karena memikirkan induk ayam yang sakit. Berkali-kali muntah dan tubuhnya kaku kejang seperti kena struk. Ya … namanya juga Ibu yang masih suka memelihara hewan ternak, jadi ibu lebih mementingkan karenanya daripada jalan-jalan bersama kami apalagi induk ayam tersebut baru saja menetas kan tiga telur dan pastinya Ibu sangat kecewa jika induk ayamnya mati.
“Wis brangkat aja, Ibu kasihan ma induk ayamnya. Apalagi masih punya banyak anak yang menantikan kasih sayang induknya,” jawab Ibu pada saya sambil sesekali mengangsurkan anak ayam yang baru menetas ke arah induknya.
“Ini lho anakmu, dicari sama anakmu. Ayo kamu harus sehat!” lanjut Ibu pada induk ayam.
Saya nyengir. Ibu ini memang istimewa, bahkan induk ayam pun diajak bicara. Tapi memang tangan Ibu itu ajaib. Apa pun yang dipegangnya selalu menghasilkan. Tidak hanya binatang ternak, bahkan tumbuhan pun hanya dengan disebar benihnya langsung bisa tumbuh. Ada banyak sekali tumbuhan di sekitar rumah saya seperti lidah buaya, cabai, pandan, melati, dan yang lain. Bahkan Ibu pernah menanam melon dan bunga dandelion (daunnya enak jika dimakan).
Saya, Bidin, Meiga, Michan, dan Machin pun akhirnya berangkat dengan mengendarai motor menuju desa Urek-urek untuk menjemput bibi dan saudara sepupu yang ada disana karena memang Kami lebih suka jalan-jalan beramai-ramai daripada sendirian sayangnya pas sampai di sana ternyata bibi belum ganti baju dan mempersiapkan hal yang lain. Akhirnya kami pun menunggu lebih lama, padahal rencananya saat tiba, kami akan langsung meluncur menuju Sanankerto.
Sebenarnya tujuan awal kami bukan Andeman, tapi Masjid Tiban yang ada di sana. Namun karena sudah sering ke Masjid Tiban, maka kami memilih lokasi lain yang masih ada di sekitar sana. Ya siapa tahu saja kami bisa mengunjungi dua tempat.
Selepas dzuhur kami baru berangkat, itu pun masih ada insiden menunggu Mbak Sul dan si kembar yang mau ikut ke Andeman. Helm disita Mbak Sul, katanya sih biar kami nungguin dia karena belinya gak ada. Hihihi. Mau ditinggal itu kasihan, soalnya si kembar yang yatim itu jarang main keluar rumah.
Ternyata perjalanan dari Urek-urek menuju Sanankerto lumayan lama. Apalagi yang awalnya mau ke Masjid Tiban jadi ke Andeman, perjalanan lebih jauh lagi. Untungnya Arip, sepupu saya juga ikut bawa motor sendiri. Sayangnya di perjalanan, bekalnya ketinggalan. Olalaaa. Bidin dan Arip pun balik lagi ke rumah bibi. Saya dan yang lain melanjutkan perjalanan pelan-pelan sambil menunggu mereka. Jalannya bergeronjal dan melewati area perkebunan yang lumayan panjang. Sempat ketar-ketir, namun semua sirna saat saya melihat banyak penebang yang berdiri di pinggir jalan untuk makan siang.
Â
Nasi Jagung di Pinggir Kolam Renang Anak Andeman
Sampai di Andeman, kami langsung mencari tempat untuk makan siang. Untung saja Bibi menyiapkan bekal, jadi kami bisa makan siang. Sebenarnya saya lebih suka beli di penjual, tapi Bibi tetap menyuruh saya membawa bekal. Ternyata suasananya beda antara membeli di penjual dan membawa bekal sendiri. Kami bisa lebih enjoy makan siang di gazebo dekat kolam renang.
Bekal yang hanya nasi jagung, tempe, kerupuk, dan juga sambal ikan kelotok ini terasa banget nikmatnya. Ditemani semilir angin dan hawa yang luar biasa segarnya, benar-benar segar dan jarang didapatkan di Kepanjen. Jangan bandingkan dengan kota besar yang pastinya kalah jauh. Kesegarannya itu luar biasa, tak terasa panas walaupun masih siang. Saya pun sampai pingin tambah lagi makannya.
“Bundaaaa, aku mau berenang!” teriak Machin yang sudah tak sabar melihat si kembar melepas baju mereka.
Si kembar dan Machin langsung minta berenang, padahal saya tidak membawa baju ganti. Takut juga kalau Machin kedinginan karena airnya itu bbbrrrrr banget, tapi gak apa-apa sih kalau dia kuat, mumpung banyak temennya. Untungnya gazebo terletak di pinggir kolam renang, jadi saya bisa mengawasi anak-anak berenang sambil makan nasi jagung.
Keliling Boon Pring
Hari makin sore, kami pun berinisiatif keliling Boon Pring Andeman karena kolam renang anak masih masuk area depan, di sebelah tempat parkir. Anak-anak pun langsung berganti baju.
Peta Taman Wisata Boon Pring Andeman |
Fasilitas di Andeman Boon Pring yang bisa dinikmati di Andeman Boon Pring |
Kami berjalan menuju panggung, di sebelah panggung, ada danau yang bisa dibuat naik perahu. Perahunya telah disediakan oleh pihak Andeman dengan biaya sewa mulai dari 15 ribu rupiah. Ada juga boat yang dinaiki beramai-ramai untuk mengelilingi pulau kecil. Naik perahu berdua maupun beramai-ramai oke banget di sini.
“Bunda, aku mau naik perahu,” olalaaa ucapan Machin bikin saya mau pingsan.
Bagaimana tidak, saya ini termasuk mabuk darat. Pernah naik perahu penyeberangan hanya beberapa menit, langsung tidak bisa berdiri karena mabuk. Tidak mungkin saya mabuk di sini, bakal tidak bisa pulang karena saya bawa motor sendiri. Saya lebih memilih jalan kaki mengelilingi Andeman Boon Pring ini daripada harus naik perahu.
Perahu Angsa di Belakang Saya |
Akhirnya kami berjalan menuju taman bunga yang dikelilingi oleh air. Melewati jembatan dan masuk ke pulaunya. Tumbuhan di sini ditata sedemikian rupa sehingga terlihat sangat menarik. Sayangnya saat ke sini, masih belum ada hujan. Mendung-mendung terus gitu deh, jadi bunganya tidak sesegar saat musim hujan.
Tempat ini asyik banget dibuat foto. Instagramer banget deh, apalagi jika bersama pasangan. Pingin deh ajak misua ke sini berdua aja, tapi entah kapan bisa terwujud. Masih ada dua bocil yang tak bisa ditinggal kalau mau ke mana-mana berdua. Semoga bisa suatu hari nanti.
Selanjutnya kami berjalan lagi, mengunjungi tempat yang dikelilingi oleh rimbunan pohon bambu. Yang lebih menarik perhatian adalah patung singa, berdiri dengan gagahnya. Bidin langsung minta selfie di sana bersama Arip.
Baca Juga : Berdirinya Bulu Kuduk di MONKASEL Surabaya
Tak jauh dari sana, ada tempat duduk yang diatasnya ada payung dan tempat ini ditata dengan bola-bola kertas yang menjulur dari atas ke bawah. Buat foto cocok banget, sepertinya tempat ini memang sengaja didesain sedemikian rupa untuk selfie maupun berfoto ramai-ramai. Tempat duduk berpayungnya pun tidak hanya satu, ada beberapa tempat duduk yang bisa dijadikan pilihan.
Yuk Raih Mimpi Seperti Mengambil Bola Ini |
Tentu saja saya dan keluarga tak ingin melewatkan moment seperti ini. Kami berfoto dan Michan pun sangat kooperatif saat berfoto dengan saya dalam gaya. Kami melakukan gaya yang sama, mengambil bola di atas kepala kami. Hihihi.
Satu lagi yang menarik adalah telaga yang masih satu tempat dengan tatanan bola-bola itu. Menurut penjaganya, jika memasukkan kaki ke dalam air, maka kaki kita akan dimakan oleh ikan-ikan kecil. Semacam terapi ikan gitu deh. Menurut info juga, jika percaya, maka akan sembuh dari penyakit yang diderita.
Sumber Towo Terapi Kesehatan |
Meiga, Bibi, dan Bidik pun langsung mencoba memasukkan kaki ke dalam telaga. Ini gratis lho. Telaganya kotor sih, banyak daun bambu yang jatuh ke dalam air. Tapi akan segera dibersihkan dan diperbaiki, dibuat lebih baik lagi dari sebelumnya. Saya gak nyoba karena auranya tidak menyenangkan. Seperti gimana gitu di telaga ini. Beda dengan di pulau bunga sebelumnya. Apalagi saya sambil menggendong Michan, tapi mungkin saja karena tempat ini sangat rindang.
“Mbak, aku fotoin di sini!” Tiba-tiba Bidin bersuara sambil bergaya di sebelah patung kingkong berwarna putih. Meiga dan Arip juga ikut selfie di sana.
Sudah mirip belum sama kingkongnya? Hehehe |
Hari makin sore, padahal banyak tempat yang belum kami jelajahi. Tapi karena anak-anak juga terlihat lelah, maka kami pun menyiapkan diri untuk meninggalkan Andeman Boon Pring. Di perjalanan menuju tempat parkir, kami sempatkan makan bakso di dekat pulau bunga. Lumayan murah di sana, semangkuk cuma 5k. Ada juga es krim, cilok, dan penjual sempol.
Di Bawah Rimbunan Pohon Bambu |
Oh iya, penjual di sini adalah penduduk sekitar. Selain penduduk, tidak boleh berjualan di sini. Oke banget idenya, bagus untuk memperbaiki ekonomi warga. Mungkin karena bukan weekend, tidak banyak penjual yang ada di sini. Tapi kita bisa mendapatkan oleh-oleh telur asin khas Andeman Boon Pring dengan mudah di warung-warung.
Mau tahu seperti apa lengkapnya, bisa cek di vidio ini ya …. Saya sempat melakukan wawancara dengan penjaga di lokasi. Tiket masuk 5k per orang, motor 3k, mobil 5k.
Buat yang mau ke sini bersama rombongan, bisa banget lho. Kapan lagi ke tempat asyik yang murah seperti di sini?
Jangan lupa tinggalkan komentar, follow blog, dan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Nanti akan langsung saya follback buat yang komentar langsung. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae dan FP Anisa AE biar dapat update info tiap hari ^^v
32 Comments. Leave new
yah pulkam ke Malang cuma sampe besok
udah pingin dari dulu ke sini
Asyik tuh. 😀
Ada telaga juga ya, ini mah asyik banget ya mba
Asyik banget. Suasananya adem. 😀
Pengen jalan-jalan sama pacar kesana nih. Biar bisa romantis dan bermesraan ria. Tapi ngomong-ngomong, patungnya kurang teras hidup ya ?
Iya sih. :')
Sekilas aku kayak melihat kebun binatang ragunan ya mba, ada beberapa lokasi yang mirip dengan lokasi di ragunan pohon pohon bambu dan kolam nya hehehe..
Iya, Mbak. Tapi di sini gak ada binatangnya. :'D
pemandangannya sejuk gitu ya mbak, banyak pepohonan terutama bambu.
Iya. 😀 Sejuk dan seger
Suasananya asyik dan adem ya, keliatan banget sejuuk..
Betul banget 😀
Wah ini destinasi kami kemarin, memang enak banget buat santai-santai. Apalagi pas masih pagi terus jalan ke hutan bambunya.
Betul. Aku suka sama suasananya
Wah di turen ada hutan bambu juga ya mbak. Kayak di Surabaya ya, tapi hutan bambu di surabaya gak seluas di turen. Dan fasilitasnya juga lebih banyak.
Wah, aku belum pernah yang di Surabaya. Kapan2 berkunjung deh 😀
Kalo kaki dimasukin ke telaga terus di gigitin ikan seperti teraphy, gimana kalo sambil manndi ya kak ? Malah semakin segara badan karena bisa di gigit ikan sekujur badan
Hehehehe, konon emang dulu katanya dibuat berendam. 🙂
piknik bawa nasi jagung, enaknya…jadi kangen nasi jagung hehe..
Sama :'D
Telaganya dalam nggak Nis, kayak gelap gitu ya airnya. Hijau tua, takut kecebur hihiii
Lumayan. 😀
Bawa makanan sendiri persiapannya ribet tapi makannya di sana beda rasanya ya Mbak, eh sensasinya beda tepatnya. Asyik nih jalan-jalannya kali ini.
Betul banget. 😀 Makan di alam begini rasanya lebih nikmat
kolam renangnya gedeee juga ya mbaak. Puas tuh kalo renang disitu 😀
Gede untuk ukuran anak2. 😀
Akupun kalo ke tempat2 sejuk, dingin hijau2 begini, bawa bekal sesederhana apapun lauknya, tetap terasa paling enak :D. Jd sbnrnya suasana sih yg bikin kita napsu makan 😀
Cakep ih hutan bambunya mba. Walopun kyk katamu, aku jg srg ngerasa aura g enak kalo di hutan yg bnyk pohon bambu. Mitos keluarga jaman dulu, biasanya "mereka2" itu suka di tempat2 kyk beringin dan pohon bambu… Ntah dulu krn mama cm nakut2in aku, makanya kebawa aja sih ampe skr gede.
Hehehehehe kata pekerja tempat ini, memang dulunya sering kaya dibuat semedi-semedi gitu. 😀 Kalau mitos pasti ada, ya? Apalagi rimbun gitu hutannya. 😀
Tapi tetap saja, keren banget untuk tujuan wisata alam.
Wah dimana2 ibu emang makhluk ajaib sih ya.. Hhh
Jadi kangen ibu, pgn ngajakin ibu piknik nih sambil makan siang dipinggir kolam.. Hhh
Hehehehe iya. 😀 Sama nih, aku juga pengen ajak Ibu piknik.
Wisata yang sangat indah mbak anis..
Indah dan sejuk 😀