Anisa AE – Kali ini saya akan mengungkapkan opini tentang sebuah berita dan bagaimana masyarakat menanggapinya. Oke, beberapa saat yang lalu saya memosting sebuah status di grup FB mengenai pencuri yang mati babak belur dihajar massa di Banurejo serta berita tentang anak SD yang menyetubuhi temannya di sungai.
Mambengi ono maling ndek grajen, digepuki masa sampe mati.
Ada apa dengan Banurejo??
Jelas saja banyak komentar yang menayakan W5+H1. Sayangnya, tak banyak yang tahu bagaimana cara menyikapi. Bisanya hanya menghakimi. Ah, di situ saya merasa sedih. Ada yang tidak terima lokasi di Banurejo, membenarkan tentang lokasi. Ada yang membully di komentar tentang kasus asusila yang dilakukan SD, sampai memberi komentar yang menurut saya tak ada guna dan untungnya. Makin memperkeruh suasana.
Ya, memang menjadi Anisa ini serba salah. Ada yang bilang Anisa sok suci, padahal sukanya memanfaatkan orang lain. Ada yang bilang Anisa itu ketus, sampai ada pula yang bilang kalau komentar saya seperti koran anak TK. Xixixi.
Saya sih woles saja, karena tidak merasa seperti yang mereka bicarakan. Ya, begini deh seorang ublik figur, eh maksudnya orang miskin yang gak bisa nulis. Bisanya cuma mencela orang lain, tanpa bisa melihat jitok’e dewe. Eh, bukan. Anisa itu nulisnya selalu tak bermutu dan bukan tulisan jurnalis.
Lagi-lagi saya pun tersenyum. Jurnalis gimana? Saya kan cuma bisa nulis status di FB, buku saja tak punya, bisanya cuma gembar-gembor di FB sambil jualan online. Selain orangnya ketus, saya juga gak bisa care sama teman, gak bisa nraktir, karena jarang punya duit. Kadang berpikir, daripada buat nraktir, mending buat disumbangin ke masjid. Halah, malah curcol.
Oke, lanjut ke postingan FB. Saat itu saya menulis berita pada paragraf pertama dan pertanyaan pada paragraf ke dua. Saya tinggal beli hape sebentar buat gantikan hape yang terkena ompol si kecil. Begitu buka FB lagi, sudah banyak like dan komentar.
Sesak rasanya ketika ada yang menanggapi kalimat seperti itu sebagai pencemaran nama baik. Okelah, saya juga orang Banurejo. Tak salah bukan jika saya menulis sesuai opini masyarakat di mana itu Banurejo? Dari pasar ke timur sampai pojokan disebut Banurejo B (rumah saya) dan dari pasar ke utara sampai sungai disebut Banurejo B. Masalahnya ada di sungai karena perbatasan antara Banurejo dan Adimulyo. Nah, saya disalahkan ketika menyebut sungai sebagai Banurejo, padahal itu menurut pengalaman saya ketika naik becak, Pak Becak membawa saya ke Banurejo A sampai sungai ketika saya mau ke Banurejo B.
Makin sesak lagi ketika komentar saya dikomentari dengan sangat baik oleh beberapa orang karena komentar seperti ini : Seseorang
melakukan satu kesalahan, bukan berarti akan salah selamanya. Ad waktu
di mana orang tersebut benar. Jadi, jangan buat mereka terpuruk dengan
tudingan miring. Mereka masih punya masa depan yang panjang. Jangan
gara-gara omongan kita, maka mereka jadi tersisih, beban mental, sampai
akhirnya bunuh diri. Harusnya kita dukung mereka agar menjadi lebih
baik. Well, padahal ini adalah suatu ilmu parenting yang seharusnya diterapkan kepada anak.
Malah banyak yang menghujat saya karena menulis postingan dan menyuruh menghapus. Dari satu postingan kecil, bisa menimbulkan dampak yang begitu besar. Ternyata facebook memang keren. Sayangnya yang miring selalu lebih cepat menyebar. Hanya karena 2 paragraf dengan bumbu penyedap di bawahnya.
Padahal postingan ada 2 pilihan :
1. Diposting oleh orang yang menyebar informasi, lalu pergi meninggalkan banyak cacian.
2. Diposting oleh orang yang memberikan solusi akhir.
Masio
guduk aku sing posting, liyane bakal posting. Tapi apa bisa
dipertanggungjawabkan menjadi nomor 2? Bagaimana kalau tambah membuat
berita makin gencar.
Sebelum aku juga ada yang posting, tapi gak ada yang komentar. Biasa ae. Why?
Apa karena aku adalah publik figur? Eh, salah. Kembali ke paragraf lima di atas. Kenapa saya memuat tulisan ini? Karena saya ingin menyuratkan bahwa apa pun yang ditulis oleh penulis belum tentu dianggap baik oleh orang lain. Apa pun kebaikan itu. Seperti menulis di koran, tak akan selesai jika sang jurnalis meladeni tiap jawaban dari masyarakat. Intinya, teruslah menulis, apa pun yang dikatakan orang tentangmu.
Ingatkah pada sebuah kisah Ayah, anak, dan keledainya yang akan ke pasar? Ketika anak menaiki keledai dan ayahnya berjalan, ada yang berkata bahwa baiknya si ayah yang naik keledai. Ketika Ayah naik keledai, ada yang berkata tak kasihan pada anak yang berjalan. Akhirnya keduanya naik keledai bersama, ada ucapan kasihan pada keledai dan orang-orang tersebut tak punya belas kasih. Akhirnya semuaya berjalan sendiri-sendiri, ada lagi yang berkata bahwa percuma punya keledai jika tidak dinaiki.
Seperti itulah kehidupan. Tak akan ada yang benar. Umpama kamu menuruti A, tetap salah di mata B, kamu menuruti B, salah di mata C, begitu seterusnya. Yang benar adalah ketika kamu punya banyak uang, traktir teman-teman, dan bisa dipastikan 100% mereka akan membela dan ikut ke mana saja kamu akan pergi.
Namun, ketika kamu tak punya uang dan mulai terpuruk lagi. Ya, seperti ini, tak punya teman, kembali dicaci dan dimaki. Teman-temanmu akan tahu siapa kamu ketika kamu sukses, tapi kamu akan tahu siapa teman-temanmu ketika terpuruk, dan itu selalu terbukti.
Lantas, siapa yang akan terus membela dan bersedia berada di sampingmu saat kondisi terpuruk, tapi kamu lupakan ketika sukses? Ya, saudaramu, keluargamu, orang tuamu. Disadari atau tidak, mereka akan selalu mendukungmu dalam keadaan apa pun. Walau terkadang ada marah ketika kamu mulai melakukan kesalahan, tapi kesalahan mereka tak pernah lama.
Selalu ada campur tangan Tuhan dalam hidup ini. Pastinya, hidup akan lebih bermakna ketika kita makin dekat dengannya. Jangan lupa untuk selalu berpikir positif dan membaca suatu tulisan 3-5x agar benar-benar mengerti. 🙂
#JumatMubarok
Jangan lupa follow blogku dan tinggalkan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae biar dapat update info tiap hari ^^v
5 Comments. Leave new
Ah malah gak bisa ngomong nih baca ini. Btw, kadang kebenaran banyak menuai kritikan krn tidak mau melihat kenyataan yg ada ya. Big hug for you, mak <3
Hehehe, iya, Mak. 🙂 Tapi memang itulah yang harus dijalani oleh penulis. 🙂
Selama benar dilanjutkan..
memuaskan semua orang itu hal yang mustahil, cuma ya emang harus kuat mental 🙂
Salam kenal^^
Iya. 🙂 Salam kenal juga.
kalau habis posting kontroversial gitu aku tutup mata ajah. notif nggak perlu dibaca, komen nggak perlu dibalas. nantipun akan tertutup lagi dengan lautan status lain.. hehehe