“Seharusnya kamu tidak ke sini!” suara yang tidak asing muncul dari balik punggungku.
Aku langsung memalingkan wajah. Dia di sana dengan baju koko putih dan sangat rapi, ada seorang wanita cantik di sebelahnya mengenakan baju kebaya indah berwarna keemasan.
“Seharusnya aku yang mengatakan hal itu padamu, Mas,” kataku pelan sambil menahan air mata.
Hal ini tak pernah kuduga sebelumnya. Perjalanan panjang yang harus kutempuh untuk sampai ke sini, menyisakan perih yang tak mungkin terlupa. Seharusnya hari ini aku bisa membawanya pulang, ke Jawa, meninggalkan wanita yang telah membuatnya berpaling dariku.
“Aku sudah memutuskan menikahinya, hari ini akad nikah kami!” katanya mulai meninggi.
“Tapi ….”
“Sudahlah, Nis. Cintaku sudah hilang. Aku akan tetap melangsungkan acara ini!”
“Mas, kumohon. Demi anakmu yang ada di dalam rahimku,” kataku parau.
Air mata sudah lepas dari bendungannya, walau tak ada tangis di dalamnya. Setega itu dia meninggalkanku, melupakan semua kenangan indah tentang kami. Padahal, dia berjanji akan kembali padaku setelah mendapatkan uang yang banyak.
buy temovate online https://healingtohappy.com/wp-content/languages/new/temovate.html no prescription
Dia akan menikahiku.
“Itu bukan anakku! Aku sudah lama pergi meninggalkanmu!” katanya kasar.
“Mas, saat kamu pergi, aku sebenarnya sudah hamil. Janin ini sudah berumur tiga bulan!”
“Kau pikir aku percaya begitu saja? Pergi! Pergi dari sini! Aku tak ingin acara ini dirusak oleh perempuan jalang sepertimu!”
“Mas!! Ini anakmu!!” Aku berlari ke arahnya, memegang tangannya dengan dengan keras.
“Kalau kau mau tidur denganku, bukan tidak mungkin kau juga tidur dengan lelaki lain! Pergi kau dari sini!” Dia melepas pegangan tanganku dengan kasar sampai aku terjungkal, lalu melangkahkan kaki meninggalkanku.
“Mas … kumohon … demi anak kita, demi cinta kita ….” Kupegang kakinya dengan kencang. Aku berlutut meminta belas kasih padanya, ayah dari anakku.
“Cuih!” Ludahnya mengenai wajahku yang tengadah memohon padanya.
buy valtrex online https://healingtohappy.com/wp-content/languages/new/valtrex.html no prescription
Tanganku melemas, inikah yang dia harapkan? Aku harus pergi dari kehidupannya?
“Ingat Mas! Aku tak akan menggugurkan janin ini! Asal kau tahu! Tuhan tak pernah tidur! Kau pasti akan mendapat karma atas semua perbuatanmu!” teriakku melepas kepergiannya.
Anakku tak pernah salah, yang salah adalah kelakuan kami. Dia tak akan menjadi dosa besar lagi, aku akan merawat dan mendidiknya dengan baik. Dengan ataupun tanpa sosok ayah.
Flash Fiction ini diikutkan dalam program #FF2in1 dari tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis