Berbagi dan menginspirasi
Memilih
adalah hal yang tak pernah lepas dari kehidupan kita. Memilih apa pun
itu. Baju, makanan, model rambut, prinsip, akidah, partai, presiden,
sampai pada teman. Tapi, tak ada yang bisa memilih dari keluarga mana
orang itu akan dilahirkan.
Ngomong-ngomong soal memilih, beberapa hari ini ada teman yang inbox
aku, dia minta aku memblokir akun seseorang karena orang itu mengikuti
akun FB-ku. Cuma mengikuti lho, bukan berteman. Karena aku tahu orange
geje, makanya tak kutanggapi permintaan pertemanannya. Bukan geje sih
sebenarnya, tapi karena aku tak mengerti bahasa yang dia tulis. Xixixi.
Nah, si teman ini terus inbox aku suruh memblokir akun geje tersebut.
Padahal beberapa hari ini aku tidak bisa online di lepi karena modem
bermasalah. Membuka satu per satu teman yang ngelike bukan hal mudah
jika dilaksanakan via hape, kan? Temenku ini inbox di FB dan BBM.
Bayangkan, di tengah kesibukanku mengurusi acara tanggal 1 Juni depan,
packing buku, editing naskah, dll, aku harus meladeni teman yang satu
ini. Apalagi masih dilanda sakit gigi dan sariawan (masih takut ke
dokter gigi :p).
Bukannya aku tak mau memblokir, tapi lama-lama aku jadi
kepikiran kenapa harus memblokir orang yang tak pernah salah padaku.
Bahkan kenal pun tidak. Kecuali dia mengatakan hal-hal kotor dan
semacamnya. Aih, jangankan kalimat kotor, aku aja gak ngerti dengan tiap
status yang dia tulis.
Apa salahnya dia ngelike FB-ku? Kenapa aku harus
blokir dia?
Karena permintaan yang terus menerus, aku jadi penasaran dengan akun
geje tersebut. Ada apa sih kok sampai segitunya temenku ini? Bahkan dia
juga menyuruh temen-temen yang lain buat memblokir akun geje ini. Kok ya
gak capek inbox temen-temen biar memblokir akun geje itu? Aku aja capek
denger dia minta ngeblokir orang itu.
Temenku bilang, aku harus blokir akun itu demi kebaikanku sendiri.
Karena akun geje itu bla bla bla, tanpa menjelaskan secara rinci
alasannya. Okelah dia gak cerita masalahnya, lantas karena dia
merahasiakan alasan yang sebenarnya, bukan berarti dia juga bisa minta
aku blokir orang, kan? Mana bisa aku blokir orang dengan sebab yang
tidak aku ketahui?
Emang sih aku gak pernah punya pikiran buruk ma orang lain, rasanya
kasihan kalo harus memblokir orang yang gak punya salah padaku hanya
gara-gara ucapan temanku. Apa aku harus menuruti ucapan temanku untuk
memblokir akun itu agar pertemanan kami baik-baik saja, tapi hatiku
diliputi perasaan bersalah pada orang tersebut? Apa aku biarkan saja
orang itu mengikutiku dengan konsekuensi temanku marah padaku? Atau
kunonaktifkan saja akun FB-ku agar mereka semua sama-sama puas?
Ya sudahlah. Kupikir lebih baik pilihan ke tiga agar tidak ada yang
merasa tersakiti. Biarlah FB-ku mati untuk selamanya. Toh temenku itu
juga ngeyel banget buat mblokir FB akun geje itu, daripada nantinya aku
terus diliputi perasaan bersalah pada orang yang tak pernah menyakitiku.
Jangan lupa follow blogku dan tinggalkan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae biar dapat update info tiap hari ^^v
6 Comments. Leave new
Jadi bingung ya mak. Kalau menurut saya sih biarin aja toh dia belum berbuat aneh2:)
Saya dulu pernah ngalamin hal serupa, ada teman minta meremove salah satu orang di akun FB saya, tapi saya gak lakuin mbak, saya pikir saya gak ada masalah sama orang yg disuruh diremove tersebut. Saya bilang sejujurnya alasan saya gak menuhin permintaan teman saya itu, secara baik-baik. Kalau saran saya, ya lebih baik mbak yang berani mengambil sikap, itu kan akun mbak, dan itu hak mbak lho. Kecuali memang orang yang diminta diblokir itu memang orang gak baik, silahkan mbak turuti permintaan teman mbak 🙂 Rasanya gak perlu sampai mbak tutup akun, sayang kan..apalagi kalau akun itu ada manfaatnya..
Mak Erlina : Iya, Mak. Aku juga punya pikiran kaya' gitu. Tapi gak enak juga ma temenku yang itu. 🙁
Mbak Arifah : Iya, sebenarnya pingin tegas juga sih. 🙂 Tapi ya kok kaya' gimana gitu rasanya. 🙁 Sempat tak off in semalaman FB-nya.
Ikuti kata hati aja ^^
Kata hati yang paling benar. Iya kan? 😉