Halo, bagaimana nih kabarnya? Semoga baik-baik saja ya. Oh iya, Kalian pasti berasal dari daerah yang berbeda-beda ya, kan? Nah, setiap daerah pasti memiliki asal-usul atau cerita yang menarik. Kalian tahu tidak bagaimana asal usul dari daerah yang kalian tempati sekarang? Seharusnya sih kalian harus tahu dan mengerti ya. Tidak menutup kemungkinan, dengan mengetahui asal-usul daerah tersebut akan menimbulkan rasa bangga tersendiri dalam diri kalian. Selain itu, juga akan menimbulkan keinginan untuk tetap menjaga dan melestarikan daerah tersebut. Hayo mulai cari tahu nih dari sekarang asal-usul daerah kalian hehe.
Asal-usul suatu daerah dan nama dari suatu daerah memiliki daya tarik tersendiri untuk ditelusuri. Salah satunya adalah Kepanjen. Kepanjen adalah nama dari sebuah kecamatan, yang berjarak sekitar 18 kilometer ke arah selatan dari pusat Kota Malang. Adakah diantara kalian yang tinggal di daerah Kepanjen? Kalian pasti tahu dong kalau sebuah daerah tidak mungkin ada dengan sendirinya, begitu pula dengan Kepanjen dulu juga berupa hutan belantara.
Asal-usul suatu daerah dan nama dari suatu daerah memiliki daya tarik tersendiri untuk ditelusuri dan sangat menarik untuk dikupas, salah satunya adalah Kepanjen. Kepanjen adalah nama dari sebuah kecamatan yang berjarak sekitar 18 kilometer ke arah selatan dari pusat Kota Malang. Adakah diantara kalian yang tinggal di daerah Kepanjen? Hayo, kalian tahu tidak bagaimana asal mula daerah Kepanjen ini ada dan asal-usul nama Kepanjen ini dipilih? Kalian pasti tahu dong kalau sebuah daerah tidak mungkin ada dengan sendirinya, begitu pula dengan Kepanjen dulu juga berupa hutan belantara.
Baca Juga : Serahkan Masalahmu Kepada Ahlinya Dini.id
Lazimnya legenda, pasti hanya berupa cerita dari mulut ke mulut yang tidak ditopang dengan data ataupun bukti yang kuat.
Bapak Suwarno, seorang penjaga makam dan juru kunci dari makam Raden Panji Pulang Jiwo. Beliau memberikan beberapa cerita mengenai asal-usul dari Kepanjen ini. Kono pada zaman dahulu, Raden Panji adalah seorang ksatria yang sakti. Dia berasal dari Sumenep, Madura. Raden Panji ini memiliki andil besar dalam pemberian nama Kepanjen, Kabupaten Malang.
“Saya yang menjaga dan merawat makam Raden Panji Pulang Jiwo ini,” terang pria yang biasa dipanggil dengan Mbah No itu. Beliau berusia 64 tahun, sudah puluhan tahun beliau menjadi juru kunci dari makam tersebut.
“Raden Panji Pulang Jiwo ini meninggal dunia pada usia tua karena sakit, Jenazahnya dimakamkan di sini yang dulunya adalah hutan belantara,” ujar Mbah No
Makam Raden Panji Pulang Jiwo ini berlokasi di dalam lingkungan Kantor Dinas Pendidikan, Kabupaten Malang. Tepatnya di Jalan Penarukan 1 Kepanjen. Posisi tepatnya berada di ujung belakang Kantor Dinas Pendidikan.
Berdasarkan cerita yang disampaikan oleh Mbah No. Pada masa Kerajaan Sengguruh atau yang dikenal dengan nama Kadipaten Malang, Raden Panji Pulang Jiwo datang ke sana.
Raden Panji ini termasuk tipe orang yang tidak suka dengan keributan atau pertengkaran. Dia ingin hidupnya selalu damai damai dan sejahtera. Dia pergi ke Malang untuk mencari ketenangan sekaligus situasi yang aman untuk dirinya.
Setelah sekian lama tinggal di Malang, Raden Panji Pulang Jiwo akhirnya bertemu dengan seorang gadis yang amat cantik. Gadis cantik yang ditemui oleh Raden Panji Pulang Jiwo tersebut yakni Putri Probo Retno, dia merupakan putri dari Kadipaten Malang. Raden Panji seketika itu tertarik dan langsung ingin mempersuntingnya.
Putri Probo Retno tidak langsung menerimannya, melainkan memberikan syarat jika Raden Panji benar-benar ingin mempersuntingnya, syaratnya adalah Raden Panji harus mengalahkan Sumolewo yang saat itu berstatus sebagai calon suami dari Putri Probo. Raden Panji pun menyetujui permintaan tersebut, akhirnya pertarungan antara Raden Panji dengan Sumolewo pun terjadi unuk memenuhi permintaan Putri Probo. Sumolewo kalah dan akhirnya meningal dunia, jenazahnya dimakamkan di daerah Japanan.
Tidak lama kemudian, Raden Panji dengan Putri Probo melangsungkan pernikahan. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai seorang anak yang bernama Panji Saputro atau lebih dikenal dengan Panji Wulung.
Untuk merayakan kebahagiaan tersebut, dibuatkanlah acara hiburan musik tayub. Raden Panji Pulang Jiwo meminta untuk dimainkan lagu Gendong Undur-undur. Ketika sedang asik berjoged di atas panggung, Raden Panji yang berjalan mundur. Hingga akhirnya dia terperosok ke dalam sumur Windu, orang sering menyebutnya dengan sumur setan. Pengawal dari Raden Panji pun langsung mengambil tindakan cepat yaitu menyelamatkannya, untungnya Raden Panji selamat hanya mengalami beberapa luka saja.
Nah, dari situlah Raden Panji terinspirasi. Raden Panji mengatakan kepada istrinya jika dia akan menamakan kota ini dengan nama Malang, karena dia menganggap dirinya malang ketika terjatuh ke dalam sumur.
Pada suatu hari, Raden Panji mengajak istrinya untuk berjalan ke arah selatan menyusuri hutan, karena dia menganggap bahwa Kota Malang ini sudah aman. Ketika rombongan sedang berhenti di daerah Kepanjen, Raden Panji kembali berpesan kepada istrinya yaitu Putri Probo, agar ketika kelak dirinya meninggal dunia, tempat yang sedang disinggahinya ini diberi nama Desa Kepanjian (yang saat ini disebut dengan Kepanjen).
Baca Juga : Koperasi Digital, Koperasi Generasi Milenial
Kemudian, di sebelah barat rel kereta api yang kini sudah berubah nama menjadi Jalan Sultan Agung, dahulu dinamakan dengan nama Sawunggaling oleh Raden Panji. Nama sawunggaling diberikan karena ada saudara dari Raden Panji yang tinggal di daerah situ. Sedangkan di sebelah timur rel kereta api diberi nama Penarukan, disebut Penarukan karena tempat tersebut dulunya dijadikan tempat untuk menaruh barang bawaan milik Raden Panji dan istrinya.
Sedangkan di daerah belakang dekat dengan makam Raden Panji Pulang Jiwo, dahulu oleh Raden Panji diberi nama Kauman. Arti dari Kauman tersebut adalah tempat berkumpulnya kaum atau pengikut dari Raden Panji Pulang jiwo. Tempat tersebut digunakan untuk membahas sesuatu yang penting atau mengobrol bersama. Namun, sekarang tempat tersebut sudah dijadikan sebagai makam umum dari warga Kepanjen. Sampai saat ini, makam tersebut masih terawat dengan baik dan bersih.
Ke arah selatan diberi nama Jalan Panji, karena jalan tersebutlah yang dilalui oleh Raden Panji Pulang Jiwo bersama dengan istrinya berjalan menuju ke Keraton Jenggolo. Raden Panji Pulang Jiwo selalu menunggangi kuda kesayangannya yang bernama Panji Sosro, begitu pula ketika perjalannya menuju ke Keraton Jenggolo. Dia juga ditemani oleh kuda kesayangannya tersebut. Di Keraton Jenggolo sendiri sering terjadi keributan antar warganya, yakni warga sebelah barat dengan warga sebelah timur.
Kedatangan Raden Panji bukan tanpa alasan, melainkan menginginkan terjadinya perdamaian di Keraton Jenggolo tersebut.
Akhirnya Raden Panji Pulang Jiwo pun menamai wilayah sebelah barat dengan nama Jenggolo, karena dahulu masyarakatnya sering mengeluarkan kata-kata yang jelek atau ala. Sedangkan di sebelah timur diberi nama Sengguruh karena masyarakatnya suka berbohong, berbohong pada zaman dahulu yang disebut dengan goroh.
Tenang saja, sekarang warga dari Desa Sengguruh dan Desa Jenggolo sudah hidup berdampingan dengan damai kok hehe. Sekarang Desa Sengguru dengan Desa Jenggolo hanya dibatasi oleh jalan raya.
Sekian nih ceritanya, semoga bermanfaat ya. Hayo kalian sudah tahu apa belum cerita mengenai daerah kalian masing-masing? Jika sudah mengetahui boleh banget loh kalian tuliskan di kolom komentar untuk menambah pengetahuan kita semua. Oh iya, bisa juga nih kalian menambahkan cerita atau pengetahuan yang berhubungan dengan artikel di atas, barangkali ada yang belum saya ketahui sehingga tidak dicantumkan dalam artikel ini.
12 Comments. Leave new
Oala…asli lho, ga pernah tau legenda asal usul nama Malang ini.
Kalau ada yang nanya, kenapa sih kok Malang? Aku jawabnya karena secara geografis mungkin letaknya Malang. Pun beberapa daerah di sekitarnya. Karena kurang informasi juga.
Thanks for sharing, Mbak.
Sama-sama Mbak 🙂
Seperti yang mbak anisa sampaikan layaknya legenda adalah cerita dari mulut ke mulut. Cerita ini menjadi pemanis ketika ada yang bertanya tapi juga menjadi budaya di tempat tersebut. Apik mbak.
Wah, terimakasih banyak Mas. 🙂
ngomongin tentang kepanjeng, kalau tidak salah saudara saya ada yang tinggal disana mba hehe..
tapi kurang pasti apakah memang kepanjen yang sama atau bukan..
mantap lah ternyata ada sejarahnya juga
Terimakasih Mbak. 🙂
Seru juga ya kisahnya ini.
Aku pernah sepintas bertanya tanya, kenapa namanya Kota Malang, ya? Apa dulu pernah ada ke-malang-an di sini? Ternyata benar, yak 🤣🤣
Hehe iya Mbak, ternyata benar dugaannya. 🙂
Artikel sejarah yg cukup rinci, termksh kak admin
Sama-sama Mas.
Wah nambah pengetahuan lagi nih wkwk
Keren nih artiknya, membahas sejarah