Kali ini saya memilih sebuah puisi karya SiMo yang dimuat di sastraindonesia.org dengan judul Duaja Malam dan link https://www.sastraindonesia.org/2019/11/puisi-duaja-malam-karya-simo-sastra-indonesia-org.html
Duaja Malam
Karya: SiMo
Hening
Semua suara bak dimatikan
Semua berkumpul bersama cahaya yang tak seharusnya
Hiruk pikuk tak lagi dikenal di sini
Banyak hal yang tak mampu sampai
Mereka tersesat bahkan mati
Hilang tanpa ada yang mampu menemukan
Seperti ditelan malam
Pemandangan indah hanya tersisa di akhir hari
Baca juga: Menganalisa Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Puisi
Aku yang menyampaikan
Kamu yang memberikan semuanya
Aku yang sudah berangan
Katamu hanya kasihan
Berakhir
Semuanya binasa
Tanpa kata
Tanpa rasa
Tanpa aba-aba
Cikakak, 31 Oktober 2019
Untuk novel, saya memilih Istana Kedua (cetakan pertama) terbitan Gramedia, sebuah novel karya Bunda Asma Nadia yang sempat diangkat ke layar lebar dengan judul ‘Surga yang Tak Dirindukan’. Film ini sudah pernah saya ulas sebelumnya di blog saya dengan link https://www.anisae.com/review-film-surga-yang-tak-dirindukan/. Novel yang saya pilih ini bukan novel tebal yang saat ini berada di pasaran, namun sebuah novel yang sudah terbit beberapa tahun lalu sebelum mulai diangkat menjadi film.
- Unsur Pembangun
- Puisi : puisi ini termasuk dalam puisi modern dengan bunyi yang tidak teratur, namun diksi yang dipilih penulis sangat indah. Memakai bahasa kiasan yang agak sulit dipahami, menggunakan indra penglihat, pendengar, dan perasa. Makna dari puisi yang tersirat membuat pembaca harus membaca beberapa kali sebelum mulai mengeri artinya.
- Novel : Melihat dari judulnya, pasti tak jauh dari tema poligami. Penokohan di dalam novel ini sangat tegas, pembaca seolah diajak oleh penulis untuk ikut membayangkan bagaimana tokoh-tokoh tersebut. Untuk POV menggunakan POV 1 dengan sudut pandang 3 orang, akan sangat jarang dijumpai. Di sini digambarkan dengan menggunakan alur maju yang menceritakan dari sudut pandang masing-masing tokoh. Dengan latar yang diolah sangat bagus, penulis mengajak pembaca untuk ikut dalam tiap adegan yang dituliskan di sana. Amanat yang disampaikan dalam novel ini sangat jelas. Sebagai seorang lelaki harusnya jujur pada istrinya sejak awal agar tidak terjadi kesalahpahaman. Walau sebenarnya menikah tanpa restu istri pertama sangat tidak dibenarkan dalam Islam.
Baca juga: Perbedaan Puisi, Prosa, Prosais, dan Senandika
- Aliran Sastra :
- Puisi : Untuk puisi terlihat seperti mempunyai aliran surealisme. Kejadian yang dituliskan melukiskan kehidupan dan pembiacaraan alam bawah sadar
- Novel : Untuk novel ini saya menganggap penulis memberikan aliran romantisme. Pembaca diajak untuk memahami bagaimana keromantisan sebuah keluarga. Namun, setelah mengenal penulis lebih jauh, saya menganggap novel ini memiliki aliran idealisme. Ide-ide penulis seolah dituang di dalamnya secara terbuka.
- Teori Sastra :
- Puisi : Teori resepsi sastra. Di sini, arti dari puisi tersebut ditentukan dengan pemahaman pembaca tentang isi dan makna yang terkandung di dalamnya. Di dalamnya bercampur antara realistis dan angan-angan.
- Novel : Teori sastra feminisme. Di dalam novel ini penulis memang sengaja memihak para perempuan. Tidak hanya memihak pada istri pertama, tapi juga tak menyalahkan istri kedua. Penggambaran mulai dari awal novel membuat pembaca tahu bahwa tokoh-tokoh di dalam sana tidak salah. Hanya keadaan yang tidak memihak dan membuat mereka seperti itu.