Tiket Kereta |
Saya langsung memesan tiket ke Surabaya pada jam 11.45 sekalian pesan tiket ke Jakarta untuk tanggal 21. Sayangnya kereta datang lebih cepat, saya ketinggalan kereta. 🙁 Sedih sekali, tapi itu tidak menyurutkan nioat untuk berangkat ke Surabaya.
Ibu Penjual di Sebelah Pabrik Sepatu Ando |
Ibu penjual di sebelah pabrik sangat baik. Beliau meminta tolong pada satpam dan beberapa karyawan yang ada di sana untuk menolong saya. Bahkan rela membeli minyak kayu putih dan membuatkan teh hangat. Menawarkan saya untuk ke rumahnya, memberi makan, dan yang lain sebagainya. Ibu itu orang Malang juga, aslinya Tumpang.
Ini adalah pertama kalinya saya menangis saat keluar kota. Satu hal yang tak pernah saya dapati dalam perjalanan jauh. Biasanya tak pernah seperti ini, seluruh badan terasa kesemutan, bicara saja tak sanggup. Bahkan saya kirim BC ke semua kontak BBM agar mencari informasi lokasi RS/puskesmas terdekat.
Karyawan pabrik menghubungi suami saya yang kebetulan nama di hape adalah AYAH, sayangnya karena jauh, saya minta untuk menghubungi Dien Ilmi, Anggi, dan Nastain yang kebetulan ada di Sidoarjo. Bukan kebetulan sih, karena kami sudah janjian. Lantas pamannya Ilmi menjemput saya di Arteri.
Saya sempat tertidur di warung tersebut, sampai tidak mengetahui ada banyak telepon dari suami dan Anggi. Ketika warung akan ditutup, saya pura-pura kuat dan meninggalkan warung untuk mencari pamannya Anggi. Jelas saja ibu tersebut melarang, takut ada apa-apa dengan saya, tapi saya tetap nekat.
Di Arteri, saya diberi tahu kalau tadi ada yang mencari bolak-balik dan menceritakan kalau saya pingsan. Hiks, ternyata tidak ketemu. Pamannya Ilmi di Ando Sandal, saya di Ando Sepatu. Akhirnya saya berniat mencari tukang ojek sampai ke Tulangan. Sayangnya ojek mahal :(. Terpaksa mencari angkot untuk ke Pasar Tanggulangin.
Di Arteri, tiba-tiba saja ada yang berhenti dan menawari saya tumpangan ke Sidoarjo. Seorang bapak yang umurnya sekitar 35-40-an, sayang tidak sempat narsis bareng. Terima kasih Bapak … jasa Anda tak akan saya lupakan. :'( Tak kenal, tapi menawari dengan tulus. Saya janji kalo punya sepeda motor, akan sering memberi tumpangan pada orang lain.
Di Pasar Tanggulangin, saya naik ojek ke Tulangan. Bapaknya juga baik banget. Di Pasar Tulangan dijemput oleh Nastain, dia bela-belain jemput saya pakai sepeda motornya Ilmi, apalagi saat itu pas mati lampu. Sesampainya di rumahnya Ilmi, semua sudah menunggu dengan harap-harap cemas. Ibunya pun menyambut saya dengan hangat, seperti anak sendiri. Hiks, jadi makin terharu.
Entah bagaimana nanti saat pembukaan pameran.
bersambung …
14 Comments. Leave new
sampai di daerah mana skrg, mba? semoga selalu sehat ya.
Di Sidoarjo. Nginep di tempatnya Dien Ilmi, Oksana.
aduh kasihan sekali mak…
Hiks, sedih banget, Mak.
semoga sehat2 ya mak….
Aamiin. 🙂 Makasih, Mak 🙂
ya ampun perjuangan kamu… trus gimana kondisinya skrg?
Alhamdulillah udah mendingan, Mbak 🙂
Oalah kok soro tho yo perjuangan buat ikut event blogger, kalo aku pernah mabuk 3 kali di mobil pas ke gresik 😀
Iyo, melas men. Salah adoh, gak iso nang lokasi 🙁
Wah sungguh perjalanan yg menyiksa bun, dan Alhamdulillah masih banyak ternyata yang namanya orang baik.
Iya, menyiksa. Tapi banyak sekali hikmah yang bisa diambil. 🙂
waduh berat banget perjalanannya 🙁
Hiks, iya. :"(