(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Berbagi dan menginspirasi
“Oleh piro?”
“Mek satus ewu. Dino iki pasare sepi!”
Begitulah serangkaian dialog dua orang pengemis yang secara tak sengaja saya dengar saat belanja di pasar. Mengeluhkan penghasilan seratus ribu dalam waktu satu hari, sementara belum tentu seorang pekerja keras mendapatkan uang sebesar itu setiap harinya. Ketika mendengar itu, timbul rasa marah dan kesal kepada segelintir orang berpakaian compang-camping dengan membawa kaleng atau plastik bekas.
Hal serupa pernah saya dengar juga di salah satu acara berita di televisi. Tepatnya di Jakarta ketika pemerintah menggerakkan penertiban pengemis yang semakin menjamur di ibu kota. Pemerintah telah memberi solusi kepada para pengemis dengan memberi pekerjaan mereka sebagai tukang sapu jalan.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Jangan lupa follow blogku dan tinggalkan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae biar dapat update info tiap hari ^^v
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
8 Comments. Leave new
kalo ketemu dengan pengemis jangan dikasih sumbangan aja mbak, parah nih mereka, pernah saya lihat mereka marah saat menerima jumlah uang yang mereka anggap sedikit. wahhh..kesel banget, untung dikasi ckcckckkcc….semoga mereka cepat sadar dan tidak jadi pengemis lagi, aamiin ya rob
setuju sama mba zefy
Ya, meman sifat orang beda-beda 🙂
aamiin. 🙂
Pengemis bisa menjamur di Yogya menjelang lebaran, Mbak. Saya pernah juga tuh memberi uang yang menurut mereka kurang banyak, malah dilempar ke saya. Pengen ngamuk sih, tapi saya rem. Dan jadi tahu ternyata ada pengemis yang pilih-pilih nominal pemberian.
Iya banget. Banyak juga pengemis yang maksa. 🙁
Astaghfirullaaah .. sementara kita kasihan sama mereka :((((
Inilah Indonesiaku 🙂