Hari itu, tanggal 9 Februari 2014 adalah hari yang tak pernah saya lupakan. Saya harus menjalani banyak kejadian sebelum akhirnya bisa berkumpul dengan para anggota KBM yang lain, padahal saya banyak yang tak mengenal. Mungkin banyak pula yang tak mengenal saya, ya, karena saya tak terlalu aktif di grup tersebut.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Materi puisi yang diberikan terasa seru karena kami harus menyanyikan lagu Indonesia Raya (betul gak, ya? Maaf, soalnya daya ingatku lemah. 🙁 ) sambil mengikuti gerakannya Mbak Wiwied. Saat dimulainya materi, Mbak Wiwied pun banyak memberi contoh puisi dan masukan bagaimana cara membuat puisi tersebut.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Satu per satu kata-kata yang keluar dari mulutnya seolah menghipnotis saya. Dia bisa, kenapa saya tidak? Saya pun jadi ingin mengenalnya lebih jauh, Mbak Isye, dan juga Rara. Sampai terlontar dari mulut saya sebuah pertanyaan yang seharusnya tak perlu saya tanyakan padanya, “Saya sangat penasaran dengan Rara, punya fotonya?” (kurang lebih seperti itu, lupa lagi)
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Setelah acara selesai, saya bergegas membeli buku Mas Rama yang dibonusi tanda tangan, juga flash disk untuk diisi lagu buatan Mas Rama. Saya melihatnya dari dekat. Sebenarnya, saya ingin menjabat tangan, memeluknya dan mengucapkan sejuta rasa terima kasih. Dia adalah orang kedua yang menginspirasi saya selain Mbak Asma (makanya saya menamai anak saya Asma dan pernah nyidam bertemu Mbak Asma saat hamil 9 bulan). Lagi-lagi saya sadar, dia laki-laki, malu dong kalo diliat orang-orang, apalagi kami sama-sama sudah menikah (Maaf Mbak Isye …. Tiada maksud. Cuma sebatas fans kepada artis). Mas Rama adalah artis kedua dalam hidup saya selain “Jacob serigala di twilight.
Acara pembagian sertifikat plus penukaran cinderamata pun berlangsung, saya dipilihkan bungkus paling besar oleh Mbak Yuyun, teman saya yang duduk paling depan. Tak perlu panjang lebar, saya pun pulang bersama Mas Imam, tetangga saya itu dan turun di Wafa Husada. Saya di sana cukup lama, sampai akhirnya pulang karena sudah terlalu sore.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Sesampainya di rumah, saya membuka hadiah dari sesorang (maaf, saya lupa namanya, kertasnya hilang 🙁 ) yang isinya sebuah mug polos dan banyak sekali permen lollipop alpenliebe dengan sebuah kertas yang bertuliskan harus menggunakan mug ini di aktivitas menulis saya. Alhamdulillah, mug itu akan selalu saya gunakan dan permennya langsung dimakan si kecil, terima kasih. 🙂 (yang merasa, hubungi saya, ya?)
Panjang banget deh cerita hari itu, tapi sayang gak bisa menceritakan satu per satu, fotonya pun terbatas. Saya hanya memotret 2x dan foto paling atas “nyuri” dari grup KBM (Maaf buat fotografernya yang entah siapa).
Yang penasaran dengan bukunya Mas Rama, insyaallah akan saya resensi, secepatnya (kalau tidak lupa)
2 Comments. Leave new
hohoho…. makasih, ada namaku disebut di sana. Yang bener dari Sabang sampai Merauke mbk 🙂
wkwkwk, iya nih Mbak. Suka kumat lupanya. 😀