Jujur saja, pertama kali membaca judul buku ini, saya merasa dipinggirkan. Kenapa harus Bunda yang tidak boleh bercerai? Apa karena wanita itu lemah dan mudah memaafkan? Kenapa Mbak Asma sekli-kali tidak membuat buku tentang ayah? Lagi-lagi Bunda. Padahal kebanyakan perceraian terjadi karena ayah. Kenapa selalu wanita yang dipojokkan? Well, untuk kali ini, saya tidak mendukung judul buku ini, tidak seperti judul-judul bukunya Mbak Asma lainnya. Boleh dibilang, saya kecewa karena buku itu seolah mencegah saya untuk mengajukan gugatan cerai.
Cerpen pertama dalam buku ini membuat saya tersenyum sinis. Benar bukan? Selalu wanita yang menjadi korban, lalu mereka akan menangis dengan penuh penyesalan. Mengapa kehidupan seperti itu harus terjadi pada mereka?
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Namun, cerpen kedua dan ketiga membuat saya merenung, seperti inikah dampak dari perceraian? Seorang anak yang merindukan ayahnya dan sang ibu yang berubah. Apa saya sanggup menjalani perubahan demi perubahan yang terjadi jika saya bercerai nanti? Rasanya seperti ada yang menohok ulu hati saya. Siapkah saya bercerai? Siapkah kehilangan semuanya? Bukankah memang seharusnya saya bisa lebih tegar dalam menjalani perahu di lautan ini.
Saya sadar, tak ada kehidupan yang semulus jalan tol, tak ada pula ombak yang tak menggoyahkan perahu. Tinggal bagaimana awak kapal bisa menjaga perahu tersebut agar tetap berjalan di jalurnya, walaupun harus diterjang ombak besar berkali-kali. Walaupun memang tak ada yang kekal dalam kehidupan ini dan kapal pun bisa hancur tidak hanya oleh ombak, bisa juga sewaktu-waktu disambar petir.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Teringat seorang teman yang mengatakan saya sombong karena jarang meminta kepada-Nya, jarang, bukan tidak sama sekali. Bahkan Dia akan mengatakan saya sombong karena tidak meminta pada-Nya. Saya kembali lagi tersenyum sambil mengucap air mata ketika membaca buku ini dan mengingat ucapan itu. Mungkin saya memang bukan orang yang dekat dengan-Nya, tapi saya selalu meminta agar Dia memberikan yang terbaik untuk saya, apa pun itu. Saya yakin jika dia tak mungkin memasukkan saya ke jurang tanpa sebuah alasan, entah itu agar lebih tangguh ataupun lebih tegar.
Di buku ini, saya mendapatkan semua kisah yang saya inginkan yang bisa membuat saya tersenyum sinis, mengangguk-angguk setuju, bahkan berurai air mata karena semua kisah tak pernah lepas dari campur tangan-Nya.
Buku ini memiliki xiv & 298 halaman, ukuran 14X 20.5 cm dengan harga Rp49.500,-
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Buku terbitan AsmaNadia Publishing House ini bisa Anda dapatkan di :
Toko Asma Nadia
Blok A No. 14
Komplek Ruko D Mall – Depok
( Samping Yamaha Music School )
Jl. Raya Margonda – Depok
– web di www.tokoasmanadia.com
– SMS ke Agung Pribadi : 0852 1868 3858
– Pin BB : 2109E5E4
– inbox ke facebook :
Agung Pribadi ( www.facebook.com/AgungPribadiPenulis )
Agung Pribadidua ( www.facebook.com/agung.pribadidua )
4 Comments. Leave new
Dan kenapa harus wanita yang jadi figur utamanya? *emmmhhh :3
Setuju dan sependapat dg bunda hhhheee
Yupz knp wanita?
Yupz rasanya wanita yg hrus sllu berkorban
Karena wanita Sholehah adalah perhiasan dunia, knp ga Akherat? Krn hadist Rasulullah melihat ke atas lalu beliau menangis Krn banyak nya wanita yg masuk neraka jd menurut saya wanita Sholehah itu seperti ujung mata pisau yg mau mengarah kemana,sbg perhiasan dunia atau sbg bidadari syurga yg make dari pintu mana saja yg mereka senangi.