Anisa AE – Jadi, karena alasan itu kau menolakku?” pekik Jaques, tak percaya. Rangkaian cerita telah terlontar dari mulut Sandra. Sebuah kisah cinta sederhana dan lumrah untuk anak remaja, tapi bisa mengubah perasaan korbannya menjadi sekejam iblis.
“Dan kau akan kembali hanya untuk seorang lelaki yang telah beristri?” kejar Jaques.
Sandra mengangguk. “Il est mon amour, Jaques! [1]Wanita itu merebutnya dariku! Wanita yang mengikrarkan diri menjadi sahabatku, tapi ternyata tak lebih dari seorang pengkhianat!” geram Sandra.
“Mais[2], mereka sudah bahagia. Untuk apa kau mengusiknya, sementara kau bisa mendapatkan lelaki yang benar-benar mencintaimu? Ayolah, Sandra! Percuma kau kembali untuk itu. Tidak ada lelaki yang akan menikahi wanita yang tidak dicintai. Itu
berarti, dia sangat mencintai wanita itu, sehingga menjadikannya istri,” nasihat Jaques panjang lebar.
berarti, dia sangat mencintai wanita itu, sehingga menjadikannya istri,” nasihat Jaques panjang lebar.
“Kau salah, Jaques!” tolak Sandra. “Aku tahu, waktu itu Edwin hanya mengagumi kecantikan Rimanda. Kecantikan yang tidak kumiliki. Tapi, kini aku memiliki semuanya. Aku cantik, memiliki karir bagus, dan bisa menaklukkan hati pria mana pun. Seperti yang kau ketahui, lelaki mana yang tidak takluk padaku?”
Jaques terdiam. Sandra benar. Sejak kuliah, banyak pemuda yang mengincar cintanya, membuat seorang Jaques yang notabene orang biasa merasa minder. Di kampus, Sandra begitu populer. Semua berkat selera fashionnya yang bagus. Apalagi sejak
Tante Nela menyerahkan sepenuhnya Anela Boutique di Prancis pada Sandra, gadis itu tampak bak bintang berkilauan. Indah, tapi begitu sulit dijangkau.
Tante Nela menyerahkan sepenuhnya Anela Boutique di Prancis pada Sandra, gadis itu tampak bak bintang berkilauan. Indah, tapi begitu sulit dijangkau.
Tidak disangka. Di balik keberuntungan Sandra, rupanya gadis itu menyimpan luka yang mungkin sudah membusuk. Luka yang membuat hatinya beku, sehingga tidak bisa membuka hati pada lelaki mana pun selain Edwin. Jaques penasaran, seperti apa
rupa lelaki yang bernama Edwin itu. Tampan kah? Mungkinkah Edwin adalah pemimpin suatu perusahaan, seperti yang selalu tertulis pada novel-novel romance yang digandrungi wanita?
rupa lelaki yang bernama Edwin itu. Tampan kah? Mungkinkah Edwin adalah pemimpin suatu perusahaan, seperti yang selalu tertulis pada novel-novel romance yang digandrungi wanita?
“Sandra, tidakkah kau bisa membuka hati untukku barang sedikit?” tanya Jaques lesu. Sayang, pertanyaannya dijawab dengan gelengan kepala oleh Sandra.
“Maafkan aku, Jaques. Aku tidak bisa,” tolak Sandra.
Jaques menghela napas kecewa. Cincin berlian yang hendak diberikan Sandra ia kantongi kembali.
“Tidak apa-apa. Aku memang tidak sebanding dengan Edwinmu itu.”
Sandra tersenyum. “Tidak, Jaques. Kau lebih dari dia. Setidaknya, kau tidak pernah menyakitiku.”
Jaques meringis seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Terkadang aku bingung dengan wanita. Dia selalu mencintai lelaki yang menyakitinya, serta mengabaikan lelaki yang mencintainya dengan tulus. Wanita selalu menganggap kisah cintanya
seperti dongeng, di mana tokoh yang menderita akan selalu menemui kebahagiaan pada akhirnya,” ujar Jaques panjang lebar.
seperti dongeng, di mana tokoh yang menderita akan selalu menemui kebahagiaan pada akhirnya,” ujar Jaques panjang lebar.
“Bisa juga disebut seperti itu,” balas Sandra dengan senyum kecut.
Kini, keduanya dicekam kebisuan.
Sandra menatap langit Kota Paris yang kelabu. Besok, ia akan pulang, meninggalkan sepenggal impian yang telah dicapainya di sini. Selain memenuhi undangan beberapa ajang peragaan busana bergengsi di tanah air dan beberapa talkshow, Sandra akan menjemput impian terbesarnya, yakni meraih cinta sejati. Meski itu artinya ia meninggalkan butik yang dipegangnya dalam waktu lama, bagi Sandra tak masalah. Ada beberapa orang kepercayaan yang akan mengurus butik selama Sandra pergi.
❀❀❀
Jakarta, Indonesia, di sebuah perumahan elite. Seorang wanita dengan daster tanpa lengan tampak asyik menyiram koleksi bunga yang menghiasi halaman rumah. Sesekali ia mengusap peluh yang menandakan rasa lelah karena kesibukannya pagi ini. Membersihkan rumah, mengurus keperluan suaminya sebelum berangkat kerja, mengurus putri semata wayangnya, ah … andai ia tidak memiliki tenaga ekstra, mungkin dalam sekejap berbagai virus menyerang, melemahkan daya tahan tubuhnya.
Sebuah mobil masuk begitu saja melewati gerbang yang tidak tertutup. Mobil berhenti di halaman. Sosok bertubuh tinggi tegap keluar dari mobil dan menghampiri wanita yang menatapnya dengan senyum lebar.
“Tumben pulang masih sore, Mas,” ucap wanita itu.
“Iya, Rim. Mas sudah kangen banget sama kamu. Jadi, pulang lebih awal,” ucapnya, sambil merogoh sesuatu di saku dan mengeluarkannya. Sebuah kotak beludru berbentuk hati. Ia membuka kotak itu, menampakkan sebuah kalung emas putih
berhiaskan liontin permata.
berhiaskan liontin permata.
“Selamat ulang tahun pernikahan kita yang ke sepuluh, Rimanda. Aku sangat mencintaimu.”
Ya, lelaki yang tampak gagah itu adalah Edwin, sementara wanita sederhana dengan daster itu adalah Rimanda. Penampilan mereka telah jauh berubah dari sepuluh tahun lalu. Edwin tampak makin gagah dengan tubuh tinggi tegap dan cambang dan kumis tipis yang menghiasi wajahnya, sementara Rimanda kini tubuhnya tampak berisi. Lengan dan kakinya membesar, menandakan perjuangannya dalam mengurus rumah tangga. Tak ada polesan make up dan rambut rapi seperti remaja dulu. Kini, Rimanda lebih sering mengikat rambutnya asal, yang penting tidak gerah.
Tentu Rimanda sangat bahagia dengan kejutan yang diberikan suaminya itu. Edwin tetap romantis, meski Rimanda sudah tidak secantik dulu.
“Terima kasih, Mas,” ucap Rimanda malu-malu.
Edwin memasangkan kalung itu di leher Rimanda.
“Terima kasih atas semua pengorbananmu, Rim. Kau sudah mengurusku, mengurus Winda, anak kita. Oh, iya, bagaimana kalau nanti kita ke restoran? Sudah lama kita tidak jalan berdua,” ajak Edwin.
Rimanda tampak menimbang-nimbang, lalu menggelengkan kepala pelan.
“Aku lelah, Mas. Maaf. Tapi, sebagai gantinya, akan kumasakkan makan malam yang special sebentar lagi. Aku sedang malas keluar. Lagipula, Winda mau ujian di sekolahnya. Aku harus membantunya belajar. Nggak masalah kan, Mas?”
Edwin tersenyum, lalu mengecup mesra dahi Rimanda.
“Tidak masalah. Kalau begitu, Mas mandi dulu, ya?” pamit Edwin.
Rimanda mengangguk. Rasa bahagia merasuki jiwanya perlahan. Meski di tahun-tahun pertama pernikahannya Rimanda merasa beban berat akibat tekanan orang-orang sekitar, tapi kini badai itu perlahan sirna, digantikan munculnya pelangi yang indah. Semenjak Edwin membeli rumah untuk keluarga kecilnya, tekanan-tekanan itu tak lagi dirasakan Rimanda.
Namun, Rimanda benar-benar melupakan satu hal. Dendam dari masa lalu yang masih mengintainya. Tinggal menunggu waktu, Rimanda akan menjumpainya.
[1]
Dia cintaku, Jaques!
Dia cintaku, Jaques!
[2]
Tetapi
Tetapi
Jangan lupa tinggalkan komentar, follow blog, dan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Nanti akan langsung saya follback buat yang komentar langsung. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae dan FP Anisa AE biar dapat update info tiap hari ^^v