Mak Sum |
Anisa AE – Berbicara tentang ibu, tak akan lepas dari ibu mertua. Ibu dari sang suami tercinta. Karena tanpa ibu mertua, tak akan ada pendamping yang selama ini menemani dalam suka dan duka.
Ibu mertua saya namanya Sumarmi, tapi lebih familiar dipanggil dengan nama Mak Sum. Kenapa emak, bukan ibu, mama, mami, atau yang ? Ya, itu panggilan ibu di desa. Sementara saya dan suami memanggil ibu kepada ibu saya.
Emak selalu menceritakan masa mudanya kepada kami, para menantunya. Ketika harus membawa 50 kg beras di atas kepala, berjalan antara Jatisari sampai pertigaan untuk mencari angkot, sampai tentang pekerjaan yang tak henti dikerjakannya. Kini, umur yang sudah lebih dari setengah abad, tak melunturkan semangatnya untuk terus bekerja.
Emak memang terkenal dengan cerewetnya, bahkan terkenal paling cerewet. Tapi, itu adalah untuk anak-anaknya. Wanita yang cerewet adalah ibu terbaik untuk keluarga. Karena tak akan ada yang luput dari perhatiannya, apalagi jika menyangkut keluarga.
Suami saya adalah anak Emak yang paling akhir. Alias ragil. Masa-masa keemasan usaha Emak malah disalahgunakan oleh suami. Ya, namanya juga anak ababil. Tapi, emak tak pernah menghukum dengan keras, tetap sayang pada si bontot, tetap dimanja.
Jika berbicara tentang masak memasak, Emak paling tidak suka pakai penyedap rasa, apa pun merknya. Bahkan jika memakai bumbu dapur, bisa dibilang sangat irit. Sampai hanya terasa asinnya garam saja, atau hambar. Tapi Mak tetap tersenyum ketika saya menambahkan banyak penyedap di dalamnya.
Ngomong soal irit, Emak selalu cerewet ketika saya dan suami membelikan bakso atau makanan lain untuk oleh-oleh. Dibilang boros dan banyak lagi. Katanya sih lebih baik ditabung, heheh. Bener juga sih. Kalau dibelikan buah, selalu kena cacat. Kurang inilah, kurang itulah, tapi tetap saja dimakan. Katanya sih biar gak mubazir. Tapi, Emak selalu tersenyum menerima pemberian kami.
Emak adalah mertua yang jarang marah pada saya. Mungkin karena saya juga bekerja, Mak tahu bagaimana rasanya. Em, bisa dibilang saya menantu yang dimanja dari anak yang dimanja pula. Mak selalu tersenyum dan menanyakan tentang pekerjaan ketika saya mudik ke sana.
Saya tak bisa memasak menggunakan tungku, tapi Mak mengerti. Jadi kalau di dapur, Mak bertugas meracik dan menyalakan tungku, saya yang mengolah. Masakan Emak yang membuat saya rindu adalah sayur gagang daun talas. Kenapa rindu? Karena saya tak bisa memasaknya. Ketika mencoba, hasilnya selalu ada rasa gatal di lidah, dan pasti ditertawakan oleh Mak. Masakan ini sepertinya hanya Emak yang bisa.
Ya, wanita wajib taat pada suami, namun suami tetap wajib taat pada ibunya. Ibu mertua kita, Emak yang paling the best. Apalagi senyumnya yang selalu ada untuk saya.
Tulisan ini diikutkan dalam #K3BKartinia.
Jika tulisan ini menarik, jangan lupa tinggalkan komentar, ya? 🙂
10 Comments. Leave new
Klo baca kisah ini, ingat emak ku sendiri.
Selalu cerewet klo di bawakan oleh2, tapi sesungguhnya lebih pada anaknya tidak mengeluarkan uang lebih untuk oleh2
Iya, Mak. Pasti Emak eman-eman. 🙁
Subhanallah, semoga Ibu mertua sehat terus ya Mak
Aamiin, makasih atas doanya, Mak 🙂
Sebenernya emang ya tips kuat sampai tua itu menjaga makanan. Wajarlah Emak-nya bisa kuat dan sehat sampai berumur juga karena jarang pakai penyedap, emang berpengaruh banget. Terlepas dari itu, saya kagum sama toleransinya yang ngga melarang anak menantunya memasak pakai penyedap. Salut sekali dan kayaknya senang ya, punya figur seperti Emak ini 🙂
Semoga semuanya diberikan kesehatan selalu ya kak 😀
Iya. 🙂 Sekarang kalau mertua cerewet, menantunya menganggap lumrah. 🙂
kartini masa kini 🙂
Iya, Mak yang luar biasa. 🙂 Terima kasih.
Keren ya, emak dan mantu sama sama belajar
makasih Mak 🙂