Beberapa hari yang lalu, booming informasi kalau ojek online dilarang karena tidak sesuai sebagai angkutan umum. Bayangkan saja, kendaraan yang menjadi alternatif ini dilarang beroperasi. Artinya pekerjaan saya sebagai tukang ojek juga ditutup.
Ya, ojek online memang dilarang beroperasi pada tanggal 9 Desember kemarin.
Padahal sebagai pengguna dan pelaku ojek, saya merasa sangat terbantu. Bayangkan saja, ketika harus lama menunggu angkot. Belum lagi bus yang saat ini jarang sekali lewat Kepanjen. Beberapa pengguna ojek online mulai komplain di sosmed mereka terkait hal ini karena selama ini sudah merasa sangat terbantu oleh kehadiran ojek online.
Tak perlu menunggu lama ketika akan memesan makanan atau minta belikan sesuatu. Para ojek online siap membantu. Apalagi ketika dikejar waktu dan harus segera sampai di lokasi, sementara jalanan macet. Belum lagi harga ojek online yang sedang melakukan banyak diskon, lebih murah dari ojek biasa.
Mungkin jika memang ojek tidak memenuhi syarat sebagai angkutan umum, apakah angkutan lain sudah memenuhi syarat? Saya pernah ngetem di terminal selama satu jam lebih dan hanya diputar-putarkan di sana untuk mencari penumpang. Pasti tahu betapa betenya. Belum lagi angkot yang selip-selipan di jalan, rasanya pusing, seperti sedang naik putar-putaran di TK.
Apalagi dari dulu selalu ada kasus di dalam mikrolet ataupun bus. Kecopetan, jambret, perlakuan tidak senonoh, sampai pada pemerkosaan. Lantas, adakah yang lebih aman dari ojek online yang sudah pasti cepat dan kredibel? Kalau tukang ojeknya bermasalah, bisa langsung komplain ke owner dan pastinya langsung ditangani pula.
Jika para sopir angkot ingin banyak pelanggan, pastikan pelayanan juga oke. Karena angkot pun lebih murah dari ojek dan itu menjadi pertimbangan sendiri untuk para pelanggan. Enaknya ngangkot juga tak perlu kehujanan, walau berdesak-desakan. Bisa dibuat rame-rame bareng teman. Sangat cocok untuk kantong mahasiswa dan pelajar.
Mungkin karena banyaknya komplain, akhirnya hari ini ojek online boleh beroperasi lagi. Uhh leganya. Ikut senang ketika teman-teman di kota yang macet bisa menggunakan jasa ojek lagi. Saya juga senang bisa beroperasi lagi, walaupun pelanggan tidak pasti dan hanya perempuan saja. Hehehe.
Mungkin lain kali jika ingin mengeluarkan kebijakan baru, harus dilihat dari sisi positif dan negatifnya. Jangan cuma negatifnya saja. Toh tukang ojek juga banyak, cuma bedanya yang ini online dan lebih kredibel.
Jangan lupa tinggalkan komentar, follow blog, dan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Nanti akan langsung saya follback buat yang komentar langsung. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae dan FP Anisa AE biar dapat update info tiap hari ^^v
16 Comments. Leave new
ia untunglah ngga jadi dilarang, aku belum cobaaa 🙂
Hehehe
Belum pernah coba ojek online, biasa diojekin suami sendiri hihihi
Startup langsung mikir-mikir mau jalanin usahanya… *heh
Hehehe. Sip
Kalau ojek, tukang ojeknya ngeselin kan bisa langsung digetok kepalanya, ya, Mbak. Kalo angkot kan sulit getok kepala supirnya hehehe.
Xixixi, iya 😀
Saya masih kesulitan mencari ojek perempuan mbak, selama ini kalau pulang sendiri pilih naik taksi bisa duduk dibelakang, kalau ojek kebanyakan laki-laki jadi risih… 🙂
Ngoek ke saya aja Mbak 😀
Harus diakui klo ojek memang menawarkan banyak kemudahan yang menggiurkan. Apalagi dengan hadirnya ojek yang bisa dipesan via online. Tapi ya itu mbak, ojek memang bukan angkutan umum.
Seandainya tukang ojek tidak terang-terangan mengaku klo dia menawarkan jasa mengantar secara berbayar dan layanan ojek online hanya sekedar aplikasi yang sistemnya "beli-putus" mungkin problema ini akan tetap aman di wilayah abu-abu.
Hehehe, sekarang udah diacc lagi tukang ojeknya
Padahal ojek sangat membantu ya. Walaupun saya belum merasakan naik ojek di ibu kota tapi syukurlah peraturan itu sudah dicabut
Iya mbak. 🙂 Sangat membantu
I do need ojek2 online ini euuy…
alhamdulillah klo mereka msh bs berkerja lagi
Hehehe, iya Mbak ^^
Terimakasih sudah berbagi cerita sangat menarik