Hari Minggu, tentu saja adalah hari libur yang setiap orang ingin merasakan enaknya makan di luar tanpa memasak. Seperti saya, langsung cus pergi ke luar rumah untuk mengisi perut.
Saya dan suami pergi ke salah satu warung yang cukup ramai di Kanigoro. Kami menaiki motor berdua agar romantis. Tentu kami tahu bahwa nanti akan ada pengunjung yang banyak, mengingat bahwa hari Minggu adalah weekend.
Saya memesan menu nila bakar satu, nasi satu, air mineral satu, teh hangat satu, dan juga kangkung satu. Kenapa satu-satu? Karena saat itu sedang tidak ingin makan nasi, jadi pesanan saya adalah kangkung dan air mineral. Sementara suami nila bakar dan teh hangat.
Kami beromantis ria layaknya sepasang kekasih, saya juga menyempatkan diri untuk menulis novel yang ditunggu pembaca, sampai Maghrib datang. Padahal tadi pesannya jam lima, tapi sampai Maghrib belum datang. Oke, tidak masalah.
Satu jam berlalu, saya pun ke kasir menanyakan pesanan. Katanya, warung sedang ramai dan antri. Oke, tidak masalah.
Sampai akhirnya datang nasi dan nila bakar, tapi nilanya ada lima. Hah? Lima? Saya sempat kaget karena tadi bilangnya nila bakar satu. Siapa yang bakal ngabisin ikannya? Okelah gak apa-apa, bisa dibungkus nanti kalau tidak habis.
Ternyata sampai makanan habis, kangkung dan teh hangat tidak datang.
buy canadian bactroban online https://mabvi.org/wp-content/languages/new/canadian/bactroban.html no prescription
Padahal air mineral sudah habis, joinan saya dan suami nunggu makanan. Sungguh itu adalah pengalaman paling buruk. Saya sampai tersedak dan tak ada minum.
Ikan habis, makanan susulan tidak kunjung datang. Hati mencelos. Tentu saja, siapa yang tahan menunggu selama itu, lalu makanan tetap tidak datang. Saat melihat ke arah kasir dan bartender, mereka bercakap-cakap, tidak sedang sibuk. Apa mereka lupa dengan pesanan saya???
Dengan cepat, saya mengajak suami pulang.
buy canadian levaquin online https://mabvi.org/wp-content/languages/new/canadian/levaquin.html no prescription
Suami beberapa kali menenangkan hati saya, menyuruh sabar. Saya diam saja, sampai di depan bartender saya komplain, “Mas, saya tadi pesan teh hangat dan kangkung kok tidak datang? Cuma teh lho ini.”
Cuma teh lho, selama apa bikinnya? Padahal saya lihat tadi karyawan yang bikin teh cepat sekali. Ini karyawan nganggur, teh saya tidak dibuatin. Rasanya bagaimana? Pasti sangat mengesalkan. Saya hampir nangis pas komplain. Saya gak marah-marah sampai mau banting barang di meja, tapi mau nangis. Ya Allah, segitunya.
Tidak mendapat tanggapan, saya menuju ke kasir, komplain. Kasirnya gak meminta maaf, malah tanya pesanan. What? Memang dia gak catat pesanan saya? Ya Allah, saya ngelus dada sambil menahan air mata yang mau tumpah.
Tidak bisakah mereka berkata MAAF? Agar segala marah di hati hilang begitu saja. Tidak bisakah?
Baca juga: 3 Kata Sakti di AE Publishing
Segera saya mengeluarkan uang, dikasih kembalian, sama suami diambil. Sambil keluar, saya tetep ngomong, “Cuma teh lho, berapa lama sih bikinnya?”
Suami diam saja, dia cuma bilang saya harus sabar. Hiks, sumpah saya langsung nangis di perjalanan pulang. Hati saya hancur berkeping-keping. Tidak mendapat pelayanan yang sesuai, juga tidak ada permintaan maaf.
Sebagai seorang penulis dan bloger, saya pantang menjelekkan orang lain. Bahkan saya membantu mereka promosi secara gratis di web. Tapi ini sudah keterlaluan menurut saya, akhirnya saya berani untuk memberi kritik.
Awalnya saya menulis di sosmed, ternyata banyak yang mengalami hal sama. Bahkan hal seperti itu sudah terjadi sejak lama. Salah satu teman saya saat berkunjung ke sana, bersama teman-teman gurunya, malah harus minum air kran karena minumnya tidak segera datang.
Ada pro dan kontra, itu biasa. Sampai seorang teman memberikan kontak yang katanya milik ownernya. Tentu saya langsung WA. Ternyata hal itu dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan postingan saya dengan mengatakan bahwa nanti saya yang minta maaf karena pencemaran nama baik.
Saya gak misuh-misuh dan menjelekkan saya bahkan memberi saran buat ownernya agar menraining karyawannya lagi agar punya tiga kalimat ajaib. Salahnya di mana?
Saya WA owner, sudah meminta maaf. Oke, saya anggap selesai. Saya hapus postingannya. Eh ternyata si owner chat ke teman saya seolah-olah saya yang zalim dan Allah akan membalas perbuatan saya itu.
Dia chat kalau saya marah-marah, dia sedang di bartender. What? Padahal di sana tidak ada owner, hanya karyawan yang diam saja. Dia juga bilang bahwa kasir sudah minta maaf.
buy canadian cymbalta online https://mabvi.org/wp-content/languages/new/canadian/cymbalta.html no prescription
Minta maaf dari mana? Kalau ada ucapan maaf, jelas saya tidak akan marah-marah.
Lha? Ini maksudnya apa? Mau main drama? Seolah-olah saya yang salah dan karyawannya yang benar? Salah pelanggan juga yang nunggu berjam-jam sampai ada yang minum air kran? Begitu?
Satu yang saya dapat di sini, karyawan mengikuti apa yang dilakukan atasannya. Jika owner saja tidak mau dikritik, apalagi karyawannya. Jelas di sini tiga kalimat ajaib juga tidak diajarkan sebelum bekerja.
Sulitkah meminta maaf?