(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Di Pinggir Air Terjun |
Anisa AE – Malang selalu menyimpan sejuta cerita, apalagi bagi yang suka jalan-jalan menikmati pemandangan alam yang luar biasa. Banyak sekali tempat yang cocok untuk didatangi, ada gunung, pantai, air terjun, dan tempat lain yang memanjakan mata. Tidak hanya itu, Malang pun terkenal dengan baksonya yang menggugah selera dan gunungnya yang seolah menantang untuk ditakhlukkan.
Ngomong-ngomong soal air terjun, tentunya akan saya beritahukan sebuah air terjun yang kini cukup terkenal di Pagelaran, Gondanglegi. Masih masuk dalam wilayah Malang juga sih, tapi sekarang lebih fenomenal karena banyak sekali pendatang dari luar kota.
Seharusnya saya senang, tapi tidak. Dari tahun ke tahun semakin mengalami perubahan. Ah tidak, bukan ke tahun, tapi sejak tempat ini mulai dipublish media dan dibuat tempat wisata berbasis edukasi. Padahal dulu tempat ini sangat istimewa, romantis dan digunakan penduduk setempat untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti mencuci baju dan mandi.
I Love Ypu di Sumber Maron |
Tahun 2006 adalah pertama kali saya mengunjungi tempat ini. Tempatnya sangat romantis, batu-batu kecil ditata membentuk tulisan I LOVE YOU yang sangat pas untuk dijadikan tempat melamar. Tidak hanya itu, air terjun sangat bening, di dekat air terjun juga banyak sekali kangkung. Kebetulan saya diajak oleh teman yang rumahnya ada di dekat sana. Dapat dihitung berapa pengunjung pada saat itu. Hanya kami berdua dan beberapa petani yang menggarap sawah mereka, petani itu pun hanya terlihat dari kejauhan.
Beberapa tahun kemudian (2014), saya ke sini lagi. Itu pun karena apresiasi kepada teman-teman yang sudah membantu dalam melaksanakan lomba menulis tingkat kabupaten. Ya, tempatnya masih sama, yang berbeda hanya tambahan kolam ikan yang menyatu dengan sumber, tempat flying fox, beberapa penjual di sekitar tempat tersebut dan pengunjung yang lebih dari 50 orang pada hari Minggu.
Flying Fox |
Saya kagum dengan pengolahan tempat ini yang masih mengandalkan kealamiannya, apalagi anak saya sangat suka melihat ikan berwarna-warni yang terlihat berseliweran di dalam air. Belum lagi ketika mandi di air terjun, karena masih belum terlalu banyak orang, dia bebas ke sana ke mari karena kedalamannya hanya selutut orang dewasa.
Beberapa hari yang lalu saya ke sini lagi. Takjub dan terkejut. Dalam satu tahun saja sudah sangat berubah, banyak sekali penjual dan warung di sepanjang jalan. Walau semua masih terbilang tradisional dan berkonsep alam, tapi tetap saja merusak pemandangan yang dulunya sangat alami.
Ikan di Sumber Maron |
Memang itu sangat menguntungkan penduduk yang berada di sekitar lokasi, halaman rumah bisa digunakan sebagai warung ataupun tempat parkir. Mungkin karena itu pula banyak penduduk yang menggunakan lahan mereka untuk warung di sekitar lokasi. Sekitar lokasi sih oke, tapi di sepanjang jalan rasanya kurang menarik mata. Belum lagi sampah-sampahnya.
Sumber Maron Saat Ini |
Ikan berwarna-warni yang dulu terlihat bahagia, sekarang sudah tidak ada tempatnya sudah digeser oleh pendatang yang mandi di tempat tersebut. Anak kecil tidak bisa bebas mandi di sekitar air terjun karena banyaknya remaja dan orang dewasa yang tidak mau mengalah. Banyak pula wisatawan yang menjadikan lokasi tumbuhan sengon sebagai tempat menggelar tikar untuk istirahat.
Saya sempat adu argumen dengan teman, akan bertahan berapa tahun lagi kealamian tempat ini? Mengingat perjalanan menuju air terjun tidak sampai satu kilo dari pintu masuk, bahkan hanya beberapa meter dari tempat parkir jika tahu pintu kedua. Mungkin akan bertahan lama jika pemerintah ikut campur dengan membatasi jumlah pengunjung, menjaga kealamian tempat, dan memberi aturan membawa kantong plastik untuk tempat sampah.
Sumber Maron |
Oke, sebelum benar-benar tercemari, saya sarankan untuk datang ke tempat ini.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Jangan lupa tinggalkan komentar, follow blog, dan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Nanti akan langsung saya follback buat yang komentar langsung. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae dan FP Anisa AE biar dapat update info tiap hari ^^v
8 Comments. Leave new
Pemerintah harus turun tangan neh biar ada pengaturannya, sayang kalau diolah dengan sembarangan.
Iya banget, tapi kayanya gak ada respon. 🙁
Aku belum sempat ke sini, pengen asline 😀
Ndang budal mumpung gurung parah.
kenapa ya kita harus didenda dulu yang gede baru sadar utk turut menjaga kebersihan? *tanya sm diri sendiri*
Entahlah, udah sifatnya orang Indonesia kali. Padahal membuang sampah d tempatnya udah diajarkan sejak dini.
Semoga bisa kesana sumber maron
Aamiiin .:)