Dik Afi, sayang.
Awalnya saya tak peduli.
Dik Afi, saya tak tahu kamu benar plagiat atau bukan. Menurut berbagai macam data yang berseliweran, semua merujuk padamu. Apa pun itu, hanya kamu dan Tuhan yang tahu. Jika memang tuduhan itu benar, kau tenar karena tulisan yang sama sekali bukan milikmu, jujurlah, Dik. Jujurlah agar kau bisa berdiri tegak di atas kakimu sendiri. Tantanglah langit dan tunjukkan bahwa kamu bisa menulis lebih baik dari ini. Tunjukkan idemu yang lain, ide dan pemikiran yang benar-benar dari pikiranmu.
Baca Juga : Asma Nadia Adalah Plagiator Kelas Atas
Memang, tak ada yang sempurna. Sungguh. Kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta.
Buat para pembaca status Dik Afi, yang pasti membaca tulisan ini. Khususnya pada haters.
Hentikanlah menghina dan mencaci. Apa untungnya buat kita? Pasti semua tahu, tak ada yang sempurna, pun kita. Apakah kita Tuhan yang bisa menghakimi orang lain? Apa merasa update dengan terus memojokkan dia di sosmed? Apa kita merasa sudah benar dan yakin tak membuat kesalahan di masa lalu dan masa depan?
Baca Juga : Wahai Orang Tua, Sayangi Kami
45 Comments. Leave new
Kebenaran yang sesungguhnya hanya milik Allah. Semoga kita bisa belajar banyak atas peristiwa ini, terlepas kebenaran yang sesungguhnya dipihak siapa hehe
Betul, Mbak. 😀
Setuju Mba Nisa,
Netizen menantikan permintaan maaf dari Afi. Sayang akun medsosnya menghilang semua setelah persoalan plagiat ini mencuat.
Terlepas dari benar/tidaknya dia plagiat, ini menjadi lecutan buat semua untuk tidak melakukan hal yang sama.
Tapi rasanya kasus plagiat akan selalu ada di Indonesia ((semoga tidak)) tahun kemarin juga ada kasus plagiarism yang tulisannya dimuat di koran 😢😢 jika tidak ditindam tegas, mereka pasti merasa diatas angin.
Na'udzubillahi min dzalik
akun medsosnya menghilang, jangan-jangan….
Jangan sampai, Mbak. Bagaimanapun juga, biar dikemas dengan alasan apa pun, plagiat bukanlah hal yang baik.
pasti orangtuanya nelongso ya mbak anak e diperlakukan seperti itu. terlepas seperti apa dia.thoh masih muda haruse dibimbing ya bukan dihakimi hikz
Jelase nelongso, Mbak. 🙁
Semoga hal ini bisa mnjadi pljaran buat kita semua
Aamiiin 😀
Semoga kasus plagiat ini tdk ttulng lg di masa yg akan dtg
Aamiin 🙂
Aku kurang gahol. Gak ngerti soal Afi ini 😅.
Ga punya tipi, baca koran pake jarang banget, fesbuk juga cuman buat ngeshare blog.
Awalnya aku gak tahu. Tapi status dan sharing tentang itu banyak bermunculan sih, jadi tahu juga.
Setuju Mbak. Bagaimana pun juga kebenaran dan kejujuran harus diutamakan. Namun di satu sisi saya juga tidak setuju dengan komentar yang terlalu mem-bully Dik Afi ini. Meskipun merasa benar, tidak etis jika penyampaiannya terkesan superior.
Betul, Mbak. 🙂
Semoga bisa menjadi pelajaran buat kita semua. Tak ada manusia yang sempurna, yang penting kita mau menerima saran dan masukan dari orang lain untuk terus memperbaiki diri dan kesalahan.
Salam kenal Mba' Anisa
Aamiin. Salam kenal juga. 😀
Semoga bisa jadi pelajaran buat semua ya mba.
Aamiiin. 😀
saya pribadi sama sekali tidak membencinya.. hanya sangat menyayangkan saja, mengapa harus menjadi plagiat… apalagi sempat masuk istana dan ketemu pak jokowi.. eman tenan…
Eman. Aku juga mau ketemu Pak Jokowi. :'D
saya sendiri mengasihani cara berpikirnya Afi, di mata saya dia jelas-jelas liberal dan plural.
Iman tak dapat diwarisi
Dari seorang ayah yang bertaqwa
Ia tak dapat dijual-beli
Raihan..
Benar. 🙂
kbr terakhir Afi mengakui, beberapa tulisannya plagiasi. tp reaksi netizen pun berlebihan, kehidupan keluarganya psti terganggu
Sayangnya, dia mengaku tapi tidak mau minta maaf. 🙁
Aku juga udah mulai bosan pro kontra di medsos tentang Afi lagi hahhaa..yang jelas aku tidak sependapat dengannya mengenai agama warisan, cerita real Nabi Nuh saja tak mampu membuat anaknya beriman mengenai plagiatnya sejatinya Afi mengakui saja, saya lihat permohonan maafnya terkesan "Defence" dan sungguh sayang banget melihat responnya yang memuji dikolom komen ia balas sementara yang berikan kritikan ia balas sarkas bahkan block. terlepas dari itu semua hal ini jd momentum bagi saya sbg ortu untuk mengajarkan anak saya.
Sama Mbak. 🙂 Makanya aku gak ikutan share statusnya. Tulisannya yang bagus, tapi tidak bisa merangkai kata maaf.
Pada akhirnya semua akan menuai apa yang dia tanam, Afi sudah membuat langkah berani menulis (menyebarkan) tulisan tentang agama warisan tersebut dan menimbulkan banyak reaksi. Trus ternyata ketauan kalau dia plagiat maka reaksi pun semakin dahsyat.
Semoga Afi mendapatkan pencerahan dan bisa berkarya lebih baik lagi.
Aamiin 🙂
Aku nggak begitu ngikutin ini banget mba Nis. .
Hanya tau dari status nyinyiran kisah2 ini. Males jadinya ����
Mudah2an Dek Afi Dan kita semua bisa ambil hikmahnya ya mba. Amin stop kebencian
Iya, Mbak. Aamiin 🙂
Jujur dan mau mengakui adalah sikap ksatria, dek. Justru kau akan lebih mulia dan siap melangkah dengan prestasimu yg tidak perlu copy paste. Semoga menjadi tempaan utk mendewasakanmu ya. *titip pesen di sini ya mba Nisa.
Iya, Mbak 🙂 Semoga kebaca
iya mba aku jarang ikut yg kekinian. mikir2 dulu ada manfaat kebaikan nggak jika aku hrs sebar. klo cuma status meyerang mending aku kuras bak mandi sama cabutin rumput halaman. jadi nggak sia-sia 🙂
Hihihi, betul banget atuh mbak
Aku juga termasuk yang ga bersuara dengan kericuhan ini. Walau dari awal membaca tulisannya ttg agama warisan, (yg aku kira adalah hasil renungannya), aku merasa sedih dan iba pd ayah ibunya. Dan dalam hati, apa yg sdh dibaca gadis belia ini? Kurangkah pembelajaran ttg akidah yang dibekali ayah ibunya, para gurunya sehingga membuatnya mudah beranjak ke pemikiran liberal spt itu? Kasian ayah ibunya…
Lalu mencuat kabar bhw tulisan itu adlh jiplakan. Jd bukan hsl pemikiran sendiri. Oh, bisa jd anak ini hanya terbawa arus dan sdg ingin keren.
Dan, 'mendadak seleb' yg dialaminya, di jiwa belia pula, membuatnya jumawa. Alih2 meminta maaf scr tulus (yg sebenarnya akan jd kunci emas dlm meraih simpati publik kembali pdnya), anak ini malah membuat tulisan pembenaran dengan 'menyelipkan' virus kebencian baru,dg 'menyeret'dan mengklaim bhw org lain pun tak terhindar dari lelaku plagiasi.
Aih, Afi!
Kita doakan yang terbaik, Mbak 🙂
semoga semua pihak bisa mengambil pelajaran dari kasus ini, mbak. tanggung jawab kita juga para orang tua mengajarkan anak untuk selalu mengutamakan kejujuran.
Aamiiin
Media
🙂
Jujurnya aku ga ngikutin berita afi ini.. Tp gara2 rame, jd mau ga mau kadang membaca beberapa supaya ngerti masalahnya.. Bener mba, aku jg kasian ama orang tuanya.. Semoga aja marah para haters ga terlalu lama, dan afi tergerak utk minta maaf ya..
Aamiiin. Semoga. 🙂
Kalau saya intinya menghargai tumbuh kembangnya pemikiran dan pendewasaan seseorang. Karena setiap orang punya prosesnya masing-masing.
Dan saya tetap menghargai.
Betul sekali, Mas. 🙂