Anisa AE – Saya suka membaca dari kecil, tak terhitung buku yang sudah saya baca mulai dari saya bisa membaca. Entah hobi itu menurun dari siapa karena sepertinya Abah dan Ibu sangat jauh berbeda. Mempunyai mimpi menjadi seorang penulis dan guru Bahasa Indonesia adalah impian dari kecil. Bayangkan saja, selain mengajar, saya juga menulis buku, juga mempunyai taman baca. Pasti itu wow sekali.
Sampai akhirnya semua mimpi itu kandas di tengah jalan. Semua karena terkendala satu alasan, biaya. Ah, seandainya saya menjadi anak orang kaya, pasti bisa melanjutkan sekolah sampai sarjana. Sayangnya itu hanya akan menjadi cita-cita.
Sampai akhirnya saya menikah, impian itu hanya ada di ujung pandangan mata. Hampir tak terlihat. Lalu dunia maya mengajarkan satu hal pada saya, tak ada yang tidak bisa. Hanya usaha yang kurang maksimal.
Baca juga:Â JALAN-JALAN KE WMM EXPO 2018
Terlihat sepele, tapi hasilnya luar biasa. Seorang penulis bukan lagi impian semata. Toh menjadi penulis itu tidak karena ijazah. Banyak sarjana yang tulisannya pun diragukan. Pun banyak genre tulisan yang pastinya susuai dengan diri saya. Sampai akhirnya hadir AE Publishing dengan bantuan teman-teman ECA.
Lewat AE, saya bisa merasakan mengajar di kampus-kampus. Bahkan sampai ke Surabaya untuk membagikan ilmu tentang penerbitan indie. Ternyata, membagikan ilmu itu tak harus menjadi guru. Selama ada niat untuk berbagi, pasti ada jalan untuk mengabdi.
Seiring berjalannya waktu, saya merasa lelah di dunia penerbitan. Mungkin karena jarang keluar rumah dan tidak punya relasi kerja, hanya mengandalkan online. Maklumlah, ada Asma yang lebih memerlukan perhatian. Pun kehamilan saya yang ke dua.
Baca juga: MERIAHNYA ACARA PENGUMUMAN PEMENANG WMM 2018
Dunia blog menjadi tujuan. Ternyata tetap tak bisa jauh dari dunia literasi. Walau namanya yang berbeda, blog sama-sama membaca dan menulis. Ya, di sinilah saya mulai bergelut. Mencoba untuk berbagi dan menginspirasi orang lain dengan tulisan saya.
Sampai beberapa bulan belakangan ini sebuah impian kecil juga bangkit. Sebuah taman baca, saya belum bisa memilikinya, walaupun cukup banyak koleksi buku yang ada di rak ruang tamu. Sengaja ruang tamu memang hanya berisi rak buku, sebuah meja kecil, dan karpet. Semantara untuk kursi tamu ada di pintu masuk samping.
Sebenarnya apa yang saya inginkan? Simpel. Saya ingin ruang tamu di depan menjadi sebuah taman baca yang bisa dijadikan tempat rapat dan pertemuan juga. Bisa menjadi tempat sharing dan diskusi soal dunia kepenulisan. Apalagi saat melihat Taman Baca Byru yang ada di belakang rumah, ingin rasanya seperti itu.
Sayangnya lagi-lagi terkendala dana. Apalagi dinding rumah mulai banyak lumutnya, keropos, dan bocor sana-sini. Ya, maklumlah rumah tua. Entah sudah berapa tahun tidak dibenahi. Mungkin sejak sebelum Abah wafat dulu, tahun 2000-an.
Belum lagi Asma yang tidak bisa diajak kompromi ketika ada orang yang datang ke rumah, pasti caper. Dia tak peduli orang itu datang untuk membeli atau konsultasi masalah penerbitan. Dia tak bisa diam, maunya selalu diperhatikan oleh orang baru. Ahh, harus ada pintu pemisah yang memisahkan dengan ruang tamu. Kebayang bagaimana Asma malah mengganggu orang yang mau baca.
Pingin saya sederhana sih. Ruang tamu apa adanya, ditambah tulisan dinding motivasi membaca beberapa, papan tulis putih, tambah rak buku kecil untuk jualan buku. Rak besar khusus novel, meja pendek yang lebar untuk membaca, loker kecil untuk meletakkan tas pembaca, rak sepatu juga. Taman kecil di depan dihilangkan, saluran air ditutup atasnya, dibuat parkiran.
Namun entah itu bisa terjadi kapan. Rumah masih ikut orang tua, tidak bisa seenaknya merenovasi. Belum lagi dana yang pastinya tidak sedikit jika izin sudah diterima. Semoga semuanya tidak hanya impian semata.
18 Comments. Leave new
semangat mbak nisa, selalu ada pintu terbuka bila pintu lain menutup. aq juga suka banget baca wlpun gak sampe pingin jadi guru dan jadi penulis tapi cita-cita bgt bisa punya perpus dirumah sendiri dan aq sm seperti mbak nisa masih tinggal dirumah orang tua, hihihi jadiiii buku-buku numpuk di dalam box container dan sempet kehilangan banyak buku karena banjir, hiks bgt deh..
Alhamdulillah sampai detik ini masih terus semangat mbak 🙂
Saya yakin proses tidak akan menghianati hasil, semoga cepat bisa membangun perpustakaan sendiri ya mbak 🙂
Semangat, InsyaAllah niat baik ada jalan.
sama mbak saya juga masih ikut ortu dan banyak hal baik yang ssaya inginkan. Anggap saja sebagai ujian atas keinginan baik kita, seberapa besar kita menginkannya. InsyaAllah ada jalan.
Amiiin mbak 🙂 Sampai detik ini saya masih tetap semangat.
Semangat terus mbak. Saya juga suka membaca, punya mimpi yang sama juga : taman membaca. Suatu hari semoga mimpi bisa terwujud. 🙂 Anyway salam kenal, saya Diko blogger dari Semarang.
Iya mas, Amin terimakasih 🙂
Salam kenal balik ya 🙂
Saya ikut berdoa Mba,semoga terwujud impiannya punya taman baca dan di beri kelimpahan rezeki. kalau saya seneng koleksi buku, tapi belum punya rak khusus. Bukunya masih betebaran dimana-mana.
Amin mas, terimakasih ya 🙂
Semoga bisa segera dapat rak bukunya ya mas 🙂
sebuah inspirasi.. semoga semakin sukses AE Publishing dan tercapai memilliki taman baca yang sesuai impian.. aamiin..
-Traveler Paruh Waktu
Terimakasih mas 🙂 Amin.
Saya juga suka baca mbak Nisa. Dari dulu pengen banget nyewain buku buat tetangga sekitar, supaya buku-bukunya produktif hehe. Pengen juga punya perpus rumah sendiri, supaya lebih fokus, kerja lebih ada kebebasan. Semoga impiannya tercapai ya mbak 🙂
Amin, terimakasih ya 🙂
Semangat mba buat perpusatakaan hehehe… aku juga pengen banget punya ruang kerja yang lengkap dengan bukunya tapi belum juga terlaksana karena dana 🙂
Semoga kita bisa mewujudkan mimpi masing-masing ya fika 🙂
wahh, ceritanya inspiratif. hebat sudah bisa melangkah sejauh ini. tetep semangattt mbak
Alhamdulillah, terimakasih ya 🙂
luar biasa
Terimakasih 🙂