Hari keempat belas adalah hari terakhir saya berada di Mekkah. Banyak sekali jamaah yang dari pagi sudah melakukan towaf wada’. Sementara saya hanya di kamar sambil menata hati, karena kopernya sudah ditata semua kemarin. Kenapa sekarang hati yang ditata? Yuk, simak terus kisah perjalanan umroh saya!
Karena saya merasa berat meninggalkan Masjidil Haram. Terlintas di benak saya untuk membuka jasa travel umroh agar bisa ke sini setiap tahun. Minimal 3 bulan sekali. Rasanya rindu, sangat rindu. Apalagi hanya sekali berada di dekat Ka’bah saat umroh. Belum ke sana lagi karena haid. Duh sedih, sediiih banget.
Namun, saya tetap harus pulang karena ada suami dan anak yang membutuhkan saat ini. Saya juga rindu dengan mereka, rindu kelucuan dan keseruan saat bersama dengan anak. Apalagi dengan suami, kangen banget pastinya.
5 Comments. Leave new
Ikut seneng baca ini, semoga berkah ya mbak dan one day aku bisa ke sana amiiin
Akhirnya dengan segala drama bisa pulang dengan selamat. Cerita ini bisa jadi refleksi diri sendiri dan buat orang lain
Mbaak, masya Allah ya ujiannya … saya baru baca di bagian ini tapi ikut teraduk2 dan ikut merasakan emosinya. Alhamdulillah sampai juga di tanah air. Masya Allah … senangoula melihat senyum ibunda.
Semoga bisa ke tanah suci lagi ya Mbak Nisa.
Ikut seneng bisa pulang dengan selamat ya mba. Btw, no hp di kopernya diblur aja mba. Khawatir ada orang yang jail
Ikut senang dan sedih juga membaca cerita ini