Anisa AE – Pernahkah kau rasakan hidupmu sepertiku? Hidup serba susah dan harus terima apa adanya. Harus rela menjadikan kepala itu kaki dan sebaliknya hanya untuk sesuap nasi.
Merasa hidup itu selalu ujian dan berusaha tertawa di balik tangis. Tak ada yang mengerti, bahkan orang yang kau anggap menjadi belahan jiwa. Sampai lelah, tak sanggup hadapi semua.
Bosan, iya. Lelah, tak bisa dikata. Tapi pada siapa bisa bercerita segala gundah? Jika semua tak bisa menemukan ujung bahagia.
Pernahkah kau rasakan hidupmu sepertiku? Stres dalam tingkat akut, hanya segumpal darah dan sesosok bidadari kecil yang menemani. Mereka setia, walau sering aku sakiti.
Tak jarang tangan ini melayang ke kepala dan pipinya. Rambutnya yang panjang menjadi korban tarikan luar biasa. Tangisnya pecah, tapi aku malah tertawa. AKU GILA! Mungkin IYA. Walau kadang ada rasa menyesal menggumpal di dada setelah menyakitinya.
Tangis penyesalan pecah, tapi dia tidak. Dibawanya tisu dan dihapusnya air mataku. Bidadari kecilku tak pernah menyimpan dendam pada tiap kegilaanku. Bodohnya aku hanya berani padanya yang tak pernah marah, bukan pada dia yang membuat hidupku menderita.
Terkadang ada pemikiran untuk membunuh semuanya. Semua yang ada di sekelilingku, yang menyayangiku. Khususnya bidadari kecil dan janinku. Mereka belum bisa survive di dunia yang makin kejam ini. Aku tak ingin mereka gila sepertiku.
Jika ditanya kenapa begitu. Mungkin aku jauh dari Tuhanku, kurang bersyukur dengan apa yang diberikan untukku. Sungguh aku pun lelah. Lelah berpura-pura bahwa semua baik-baik saja. Lelah berkata bahwa aku bahagia.
Lagi-lagi aku tak punya kuasa untuk memendam semuanya. Ingin pergi saja ke ujung dunia, meninggalkan segala duka. Walau kusadar bahwa duka itu selalu ada.
Sebenarnya aku lelah menjadi istri dan ibu yang harus sempurna. Apalagi apa-apa harus mengalah dan tak boleh berkeluh kesah. Katanya itu adalah aib keluarga. Sayangnya, jika aku gila, maka tak harus meraih rida-Nya.
32 Comments. Leave new
Sabar mbak 🙂 Sy emang nggak pernah segila itu, tapi manusia ada ujiannya masing2 dan Tuhan memilihkan ujian utk yg mampu saja.
Hehehe
Hai mbak semoga selalu dilimpahkan rasa syukur dan kesehatan bagi keluarga
Aamiin 🙂
Si kecil lucu senyummnya mbak
Hehehe, makasih ^^
Nggaklah mbak, orang gila nggak mungkin sebegitu sadarnya dan mengakui kegilaannya 🙂
Tapi segila-gilanya kita masih ada lhoh yang lebih gila lagi 🙂
Eh, ini cuman sejenis puisi kan?
Hehehe
Aih, Asma pinter pose nih… Anak pinter, biasanya lahir dr ibu yg pinter juga.
Aamiin 🙂
Mbaaa, jangan gila 😀
Tapi aku rindu nulis yg gundah gulana kaya iki hihii
Xixixi, yuk nulis
Tulisan ini bentuk introspeksi, berarti tinggal menunggu perbaikan diri, semoga segala kebaikan menyertai Mbak Anisa karenanya 🙂
Aamiin 🙂
weits, Fiksi yg keren mbak, mrebes mili aku bacanya mbak. Menggambarkan kebanyakan situasi wanita. yang kadang harus menanggung beban berat, maju badan hancur mundur di caci maki. hidup memang kadang tidak adil pada wanita
Ah, hidup itu memang gitu buat wanita
Pernah, Mbak 🙂
Berasa punya teman 🙂
sabar ya mak…banyak mendekat pada Nya
Hehehe
sadar mbak sadar.. hehe.. aku juga pernah gila mbak 🙂
Hahaha
Tulisan yang mengharukan dan saya rasa banyak juga kondisi yang sama yang dialami ibu-ibu di luar sana sama seperti cerita di atas. :")
🙂 Makasih udah mampir
Aku juga pernah mba nisa :')
Berasa gak sendirian ^^
Kamu tetap Wanita kuat Mbak Anis. Semoga lelah dan letih akan terbayar kelak di saat anak2 Sudah besar dan dewasa. Apa yang ditanam hari ini kelak akan engkau tuai hasilnya. Tanamlah dengan kesabaran dan kegigihanmu.
Aamiin. Terima kasih atas doanya Mbak Lina 🙂
Mbak Nisa itu kuat.. Semangattt
Makasih dear …
Sing sabar, Mba Anis. Saya yakin, dirimu adalah wanita tangguh yang akan tampil sebagai pemenang dalam mengalahkan 'monster' yang ada di dalam diri. Pasti bisa. Untaian kata yang Mba pilihkan di tulisan ini, terlihat jelas, bhw Mba Anis adalah wanita yang baik dan tetap ingin bertanggung jawab thd amanah yang dititipkan-Nya. Yuk, semangat! Badai pasti berlalu. 🙂
Aamiin, semoga Mbak Al. ^^